in ,

Cerita Faiz Arsyad, 3 tahun jalani Ramadan di “Negeri Beruang Merah”

Mahasiswa Higher School of Economics (HSE) University asal Indonesia, Faiz Arsyad (jaket hitam), menjalani puasa di bulan Ramadan bersama teman-temannya di Moskow, Rusia, Dokumentasi pribadi.

Moskow, KAHMINasional.com – Ramadan merupakan momentum spesial karena hanya berlangsung sebulan penuh dalam setahun. Apalagi, jika dijalani di negeri orang. Seperti itulah pengalaman mahasiswa Indonesia yang sedang berkuliah di Rusia, Faiz Arsyad.

Ramadan sekarang adalah tahun ketiga bagi mahasiswa pascasarjana Higher School of Economics (HSE) University itu. Ia mengungkapkan, tidak mudah untuk menjalani puasa di “Negeri Beruang Merah” sekalipun telah berupaya beradaptasi.

“Walaupun sudah beradaptasi, namun tantangan dalam menjalankan ibadah puasa Ramadan di Rusia tetap ada, seperti durasinya yang lebih lama. Namun, jika dibandingkan dengan tahun lalu, puasa Ramadan tahun ini lebih cepat meskipun sama-sama di musim semi,” katanya. Lamanya waktu berpuasa di Rusia sekitar 14-15 jam.

Baca Juga :  Ada Masalah Hukum dalam Kebijakan Penyetaraan Birokrasi Jokowi

Selain itu, lanjut Faiz, banyak masyarakat nonmuslim yang tidak tidak sadar bahwa sekarang adalah Ramadan sehingga tidak ada perayaan khusus. “Bahkan, terkadang saya juga masih memiliki kuliah ketika waktu berbuka puasa dan ketika tiba di kampus, banyak mahasiswa yang makan dan minum di berbagai sudut, terutama di kantin.”

Wasekjen Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI) ini pun rindu dengan suasana Ramadan di Tanah Air karena bisa menjalaninya bersama keluarga dan teman terdekat. Pun demikian dengan suasananya, baik makanan, suara azan, dan rutinitas lainnya.

Kendati begitu, mahasiswa kelahiran Bandung, 7 Maret 1998, tersebut tetap mencoba menikmati Ramadan di Eropa Timur. “Bagi saya, hal ini juga menjadi pengalaman berharga yang tidak terlupakan dan belum tentu akan terulang kembali di kemudian hari,” jelasnya.

Baca Juga :  DPR Ingatkan Pemda soal Penyelesaian Status Tenaga Honorer

Faiz pun memiliki strategi khusus untuk menghidupkan suasana Ramadan di Rusia, yakni berkumpul bersama diaspora Indonesia di sana. Lalu, memasak makanan khas Indonesia, seperti rendang, bakwa, bakso, dan soto.

“Kadang, kami juga membuat makanan khas Rusia, seperti plov, pelmeni, borscht, dan blini. Makanan tersebut kami santap saat berbuka puasa dan setelahnya, kami bercengkrama sehingga kami tidak kehilangan suasana Ramadan,” bebernya.

Di sisi lain, Faiz menerangkan, perang antara Rusia dan Ukraina yang masih berlangsung hingga kini tidak mengganggu aktivitas perkuliahan dan pekerjaan. Utamanya di Moskow.

“Aktivitas perkuliahan dan pekerjaan masih normal. Saya juga tetap bersyukur karena masih diberikan kesehatan dan keselamatan untuk menjalankan ibadah puasa Ramadan,” ucap Ketua Diaspora Muda Jawa Barat itu.

Baca Juga :  KAHMI Jaksel Minta Polemik Presidium Terpilih Disetop: PR Bangsa Masih Banyak

“Semoga Ramadan tahun ini menjadi momentum kita semua untuk tetap bersyukur, ikhlas, dan terus mengabdi untuk kemajuan negara tercinta,” imbuh Faiz.

Sumber :

Fatah S

Berkarier di industri media sejak 2010 dan menjadi penulis buku.