in

Memulihkan Kekuatan Kader

Finance Director PT Insan Cita Mandiri Sejahtera, Fathorrahman Fadli. Foto Tilik.id
Finance Director PT Insan Cita Mandiri Sejahtera, Fathorrahman Fadli. Foto Tilik.id

Oleh Fathorrahman Fadli, Finance Director PT Insan Cita Mandiri Sejahtera

Rasa-rasanya tidak ada organisasi mahasiswa maupun organisasi kemasyarakatan lainnya yang memiliki kekuatan seperti Himpunan Mahasiswa Islam (HMI). Diakui atau tidak, HMI telah mengubah banyak hal dalam diri seorang kader. Coba saja lihat, lalu bandingkan betapa HMI sebagai organisasi memliliki banyak sekali keistimewaan. Mulai iklim pergaulannya yang egaliter antara senior dan junior, terbuka, hangat, saling membantu, dan suasana kekeluargaan sesama HMI yang aduhai indahnya.

Walau terkadang kita berbeda kepentingan, namun ketika bicara pentingnya kaderisasi; semua berada pada semangat yang sama. Saya tidak tahu pasti mengapa hal itu terjadi di tubuh HMI. Mungkin itulah anugerah terindah buat mahasiswa muslim Indonesia.

Filosofi Himpunan
Dalam tubuh HMI, kita bisa melacak adanya varian pemikiran keislaman yang tumbuh dan berkembang secara harmonis dalam organisasi. Semua perbedaan mazhab dan cenderung fiqiyah itu sudah dinilai sebagai bukan persoalan yang merisaukan.

Walaupun demikian, HMI pernah mengalami benturan ideologis, terutama terkait penerimaan asas tunggal Pancasila yang saat itu dipaksakan oleh rezim Orde Baru. Namun, hal itu bisa diatasi HMI dengan berbagai cara yang hingga kini masih tersisa.

Sesungguhnya keberadaan Majelis Penyelamat Organisasi (MPO) oleh para penggagasnya sendiri saat ini dinilai tidak lagi relevan. Hal itu dikarenakan zaman telah berubah drastis dan ketidaksepakatan masa lalu sudah tidak relevan untuk dipelihara hingga saat ini. Oleh karena itu, keinginan dan gagasan menyatukan kembali MPO ke tubuh HMI adalah urgen adanya. Silakan dicari metode dan strateginya seperti apa. Faktanya, para alumni HMO dan Dipo sudah menyatu dalam tubuh KAHMI. Itu artinya, semakin memperkuat kesan bahwa MPO sudah tidak relevan.

Baca Juga :  Leppami HMI Buka Donasi Korban Banjir Serang

HMI sebagai organisasi mengandung makna himpunan. Sebagai sebuah himpunan, sedianya kader HMI memang terlahir untuk menerima perbedaan yang nyata dalam masyarakat Indonesia. Himpunan mengandung makna bahwa setiap orang yang beraktivitas di HMI harus selalu siap menerima perbedaan yang ada. Sebagai sebuah himpunan, sedianya memang harus siap menerima keragaman segala rupa. Himpunan tidak bisa dipaksakan sama satu dengan yang lain.

Intelektualitas Pendobrak
Kekuatan intelektualitas dari kader HMI sejatinya adalah kekuatan yang dahsyat. Kekuatan tersebut bersifat laten dan dapat menjebol tertib hukum kolonial menjadi tertib hukum nasional. Kekuatan intelektualitas bisa menerobos kebekuan politik otoritarian menjadi politik demokrasi yang berkeadilan sosial.

Intelektualitas dapat mengubah zaman kegelapan menjadi zaman pencerahan di Eropa (aufklarung). Intelektualitas dapat mengubah Amerika dari jajahan Inggris dengan slogan “America for the American” ala Thomas Jefferson. Intelektualitas dapat menyulap kejumudan berpikir kaum kafir Quraish menuju jalan tauhid yang otentik menuju Tuhannya.

Baca Juga :  Kepemimpinan Rusia Memenuhi Naskah yang Ditulis Ribuan Tahun Lalu

Intelektualitas itu dapat mengubah cara berpikir penguasa zalim menjadi pemimpin yang arif bijaksana. Pendek kata, semua keganjilan hidup dapat diperbaiki dengan pendekatan intelektual. Oleh karena itu, jika kader HMI tidak lagi memajukan intelektualitas sebagai modal utama kehidupan mereka, maka sesungguhnya hal itu adalah kebodohan yang sangat besar. Sebab, intelektualitas itu sesungguhnya telah menyatu di dalam diri kader HMI. Jika hal ini dikerjakan, ditegakkan, dirawat pelihara, dikembangkan, maka seluruh kader HMI akan menjadi pemimpin bagi diri sendiri dan masyarakat luas.

Independensi Kader
Kader HMI dalam setiap jenjang kaderisasi, terutama Basic Training (LK I), selalu mendapat materi tentang pentingnya independensi. Secara garis besar, ada dua jenis independensi yang diajarkan kepada para kader HMI yang sedang mengikuti pelatihan kader HMI di seluruh Indonesia. Pertama, independensi etis.

Independensi etis adalah sikap merdeka atau kemerdekaan seorang kader untuk mengambil sikap yang merdeka tanpa tekanan atau paksaan dari orang lain. Pilihan sikap ini adalah sesuatu yang mahal dalam diri kader karena keberpihakan itu hanya mereka berikan kepada segala sesuatu yang tidak berlawanan dengan nilai-nilai keimanan kepada Allah Swt, tidak bertentangan dengan etika sosial, peraturan negara, serta adat istiadat kebudayaan setempat.

Baca Juga :  Kerasnya Bang Harry adalah Kelembutan

Independensi etis inilah yang sejatinya menjadi sumber moral sekaligus prasyarat utama tegak dan berjalannya demokrasi dalam negara. Tanpa independensi etis, praktik money politic yang mencintai uang di atas kebenaran, di atas moralitas dan kemaslahatan publik, kesantunan budaya, hanya akan membawa negara ini pada jurang kehancuran, seperti yang hari hari ini kita saksikan sebagai bangsa.

Independensi ini adalah modalitas dasar seorang kader HMI yang tidak bisa ditawar-tawar. Ia harus dipegang erat-erat, sedekat urat nadi mereka. Independensi etis inilah yang akan mengantarkan setiap kader HMI agar hidupnya memiliki marwah, kehormatan, derajat hidup yang mulia, baik di mata Allah maupun di hadapan manusia. Independensi etis ini berlaku sepanjang hidup seorang kader sejak kapan pun dan di mana pun.

Kedua, independensi organisatoris. Independensi ini bersifat formalis dan periodik. Independensi ini menyatakan dengan terang benderang, bahwa selama menjadi anggota HMI, setiap kader diwajibkan menjaga kemerdekaan organisasi, marwah organisasi untuk tidak dibawa-bawa oleh siapa pun kepada siapa pun demi menjaga kehormatan atau marwah organisasi.

Sumber :

Fatah S

Berkarier di industri media sejak 2010 dan menjadi penulis buku.