in

K-Pay, Kelas Menengah, dan Revolusi Digital

Finance Director PT Insan Cita Mandiri Sejahtera, Fathorrahman Fadli. Dokumentasi pribadi
Finance Director PT Insan Cita Mandiri Sejahtera, Fathorrahman Fadli. Dokumentasi pribadi

Oleh Fathorrahman Fadli, Finance Director PT Insan Cita Mandiri Sejahtera

Dalam teori pembelajaran, kita mengenal istilah learning curve atau experience curve. Apa itu artinya? Learning curve atau kurva pembelajaran menjelaskan bahwa setiap hal baru selalu menyandang sisi lemahnya. Misalnya, belum kuat, belum berpengalaman, belum bagus, belum bekerja efisien, belum cukup pandai, belum bekerja efektif, belum bisa menguntungkan, belum produktif, dan sederet kelemahan yang harus diperbaiki. Termasuk, produk KAHMI Payment (K-Pay) yang kini sedang tersaji di handphone Anda sekalian. Layanan akan terus dilengkapi setahap demi setahap sesuai kapasitas dan kemampuan perusahaan, daya serap pasar, dan peluang-peluang lain yang memungkinkan bagi kemajuan.

Namun demikian, kita masih punya peluang untuk cepat belajar membenahi seluruh kekurangan itu demi penyempurnaan. Masalahnya, sekarang terletak pada keinginan untuk tumbuh dan berkembang menjadi maju. Yang paling merepotkan adalah jika kita dihadapkan pada sekelompok manusia yang tidak memiliki karakter pembelajar. Mereka merasa sudah tahu, padahal pengetahuan yang dimilikinya banyak yang tidak standar secara nalar. Di sinilah pula masalahnya. Padahal, pada detik yang sama, kita dihadapkan pada perubahan cepat dalam banyak segi kehidupan. Menunggu orang siuman dari proses teler yang panjang itu juga membutuhkan kesabaran yang extraordinary.

Dunia sekarang ini diakui atau tidak, disadari atau tidak telah bergerak pada perubahan yang cepat. Kecepatan dan akurasi penting karena dunia telah mengalami revolusi digital yang nyaris sempurna. Jika kita tidak cepat dalam merespons perubahan yang terjadi di sekitar kita, maka jelas keberadaan kita menjadi tidak berguna (useless). Kehadiran kita akan berguna jika kita mampu menyuguhkan nilai tambah (added value) pada setiap pekerjaan yang ada. Pada usaha memaknai keadaan yang terus berubah dan mengisinya dengan sikap cekatan dan penuh tanggung jawab.

Revolusi Digital, Apa Itu?
Revolusi digital sudah terlanjur datang di hadapan kita semua sebagai warga bangsa. Kita tidak bisa mengelaknya karena nyaris seluruh segmen kehidupan kita telah dimasuki dan digantikan perannya oleh teknologi digital. Jika kita tidak mampu mengikuti irama revolusi digital itu, maka kita akan segera didefinisikan sebagai manusia yang telah menjadi fosil. Ibarat tulang belulang yang memenuhi ruang kerja manusia baru yang semakin produktif dan kompetitif. Di sinilah pentingnya kita belajar tentang revolusi dunia digital.

Baca Juga :  Merindukan Imamul Mujahidin

Bagaimana revolusi digital itu bergerak? Kalau kita runut dengan sederhana, maka ada baiknya jika kita mulai mendefinisikan dua kata itu, yakni revolusi dan digital. Revolusi adalah perubahan yang terjadi secara cepat, menyentuh hal yang mendasar, mengakar atau radikal. Cepat karena perubahan itu menyentuh akarnya (root). Digital itu sendiri adalah lawan dari analog. Sedangkan digitalisasi adalah proses konversi dari analog ke digital. Kalau digitalisasi fokus pada pengoptimalan proses internal, seperti otomatisasi suatu kerja, sehingga pekerjaan menjadi cepat dan mudah.

Namun, apa sebab dunia digital itu mengalami revolusi? Mari kita tengok sejarah perkembangan dunia Industry 4.0. Sebab, itu bertali-temali dengan dinamikanya. Istilah Industry 4.0 pertama kali dikenal pada Hannover Fair, 4-8 April 2011. Istilah tersebut dipakai oleh pemerintah Jerman untuk memajukan bidang industri ke tingkat selanjutnya dengan bantuan teknologi. Forbes melukiskan bahwa revolusi industri generasi keempat bisa diartikan sebagai adanya ikut campur sebuah sistem cerdas dan otomasi dalam industri. Hal ini digerakkan oleh data melalui teknologi machine learning dan artificial intelligent (AI).

Sebenarnya, campur tangan komputer sudah ikut dalam Industry 3.0. Pada masa itu, komputer sudah dinilai sebagai disruptive atau bisa diartikan sesuatu yang mampu menciptakan peluang pasar baru. Setelah dapat diterima, saat ini machine learning dan AI ada di tahap tersebut.

Selanjutnya, pada taraf Industry 4.0, pelaku industri merancang komputer agar saling terhubung dan berkomunikasi satu sama lain. Pada akhirnya, komputer tersebut membuat keputusan tanpa keterlibatan manusia. Kombinasi dari sistem fisik-siber, internet of things (IoT), dan internet of systems membuat Industry 4.0 menjadi mungkin serta membuat pabrik pintar menjadi kenyataan.

Baca Juga :  Smart Syariah di Munas XI KAHMI

Sampai di sini, saya rasa cukup untuk dipahami bahwa kita sedang berada dalam kereta perubahan yang cepat. Segera definisikan diri Anda, apakah Anda pantas berada dalam kereta perubahan cepat itu atau tidak? Jika tidak, sebaiknya Anda jangan naik karena kecepatan kereta itu akan terus melaju dengan kecepatan tinggi bahkan sangat tinggi.

Persaingan Bisnis Berbasis Platform
Pada masa-masa mendatang, persaingan bisnis berbasis platform akan semakin menunjukkan kompetisi yang sangat ketat. Semua provider bisnis selalu berinovasi dan berebut pasar dengan berbagai strategi marketing yang tidak biasa.

Modal besar dan strategi bisnis yang jitu menjadi penentu seberapa besar mereka dapat memenangkan pasar. Modal kadang menjadi momok bagi perusahaan yang masih kecil. Sebab, semua inovasi yang akan dilakukan tentu membutuhkan dukungan dana yang sangat besar. Percuma strategi disusun secara canggih, tetapi ketika tidak bisa dieksekusi karena tidak ada uang. Jadi, uang dan strategi yang jitu biasanya menjadi kunci sukses dalam bersaing.

Bisnis digital telah banyak merebak di Indonesia. Ia tumbuh seperti jamur pada musim hujan. Mulai bisnis payment point, marketplace, banking, food and beverage (FnB), dan barang-barang kebutuhan pokok rumah tangga. Semua barang-barang itu kini dipasarkan lewat platform digital. Mulai yang disajikan Tokopedia, Bukalapak, Shopee, dan sejenisnya.

Di bidang keuangan, ada platform bisnis lain, seperti OVO, Dana, dan sejumlah platform bisnis yang sejenisnya. Mereka sama-sama bersaing. Khusus di line business payment gateway, ada banyak platform yang bertempur bebas di pasar maya. Semua itu membutuhkan kejelian, ketekunan, dan inovasi untuk bersaing.

Bagaimana dengan K-Pay?
Sebagai produk baru, ia tentu membutuhkan perhatian dan dukungan dari semua pihak. Sebab, K-Pay lahir dari sebuah keprihatinan yang mendalam akan kondisi ekonomi umat yang rentan. Kita hanya menjadi objek ekonomi ketimbang subjek ekonomi. Kita lebih sering didefinisikan ketimbang mendefinisikan diri kita ini siapa. Kita sering dihantui oleh ketakutan tentang gigantisme ekonomi orang lain ketimbang berusaha menjadi besar secara bersama. Kita lebih sering mencibir di antara kita sendiri dibanding gotong-royong membangun suatu gigantisme umat di tengah kondisi ekonomi kita yang terpuruk.

Baca Juga :  Manuskrip Kuno tentang Perang Akhir Zaman (Bagian 1)

Kita ingin dan bercita-cita menjadi kelas menengah baru yang kuat secara ekonomi maupun politik. Kelompok kita memiliki potensi besar untuk menuju kesana. Modalitas sosial kita berlimpah. Sumber daya hayati kita sangat mumpuni. Tiap minggu nyaris kita dengar ada banyak-kader HMI yang meraih gelar doktor, master degree, profesor, bahkan sarjana. Semua itu adalah kekayaan sumber daya manusia yang bisa digerakkan menuju terciptanya kelas menengah Indonesia yang hebat.

Oleh karena itu, sukses atau tidaknya K-Pay sangatlah tergantung pada kesediaan kita semua sebagai warga KAHMI dan HMI untuk memindahkan transaksi elektronik kita, baik itu pulsa handphone, bayar listrik, token listrik, atau beberapa fitur transaksi yang tersedia di K-Pay.

Ada banyak keuntungan jika Anda semua memindahkan transaksi Anda dari platform orang lain ke K-Pay. Pertama, dapat membesarkan ekonomi kita sendiri. Kedua, harganya lebih murah daripada platform yang lain. Ketiga, dapat membiayai organisasi KAHMI mulai KAHMI Daerah, Wilayah, hingga Majelis Nasional.

Keempat, setiap transaksi yang Anda lakukan secara otomatis akan mendapatkan cashback. Kelima, menghilangkan ketergantungan pendanaan organisasi dari orang lain, dari para alumninya, dari para simpatisannya yang selama ini sering menjadi kendala keuangan yang serius. Pasalnya, tidak semua alumni HMI dapat meraih sukses secara ekonomi dalam masyarakat yang semakin materialistis ini.

Semua langkah ini harus mendapatkan dukungan agar cita-cita besar KAHMI menjadi kelas menengah baru yang kuat dapat terwujud. Untuk sementara, caranya satu saja, mari pindahkan transaksi Anda ke K-Pay dan tunggu kejutan-kejutan ekonomi selanjutnya.

Sumber :

Fatah S

Berkarier di industri media sejak 2010 dan menjadi penulis buku.