in ,

Soal Rara si Pawang Hujan, Pegiat Medsos: Ingatlah SKM dan Warna Cawan yang Mirip Minyak Goreng

Pawang hujan Rara Isti Wulandari sedang melakukan ritual untuk meredakan hujan yang turun sesaat sebelum turnamen MotoGP dimulai di Sirkuit Mandalika, Pulau Lombok, NTB, pada Minggu (20/3/2022). Twitter/@MotoGP
Pawang hujan Rara Isti Wulandari sedang melakukan ritual untuk meredakan hujan yang turun sesaat sebelum turnamen MotoGP dimulai di Sirkuit Mandalika, Pulau Lombok, NTB, pada Minggu (20/3/2022). Twitter/@MotoGP

Kahminasional.com, Jakarta – Atraksi pawang hujan Rara Isti Wulandari di sela-sela MotoGP di Sirkuit Mandalika, Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB), pada Minggu (20/3), menarik perhatian publik di jagat maya.

Selain dinilai sebagai kekayaan budaya bangsa, tetapi tidak sedikit warganet yang mencap aksi Rara itu sebagai klenik dan sarat metafisik.

Mengenai perdebatan ini, pegiat media sosial (medsos) dari Komunikonten, Hariqo Satria, mengaitkannya dengan ucapan “sesuai kepercayaan masing-masing” atau SKM oleh pembaca doa di dalam berbagai acara.

“Ketika hujan turun dalam perhelatan MotoGP Mandalika juga demikian, ‘sesuai kepercayaan masing-masing’ diamalkan setiap kepala agar hujan reda,” katanya dalam keterangan tertulis, Senin (21/3).

Menurut CEO Global Influencer School ini, banyak cara meminta dan menunda hujan. Salah satunya, memakai jasa pawang hujan.

Baca Juga :  75 Tahun HMI, Ini Pesan Dubes Najib kepada Kader dan Alumni

“Itu sah-sah saja dan merupakan bagian dari kekayaan negara kita, yang terdiri dari enam agama resmi, 187 kelompok penghayat kepercayaan, 1.340 suku, 718 bahasa daerah, dan lain-lain,” tuturnya.

Lebih jauh, Riqo, sapaannya, menerangkan, ritual yang dilakukan Rara menarik perhatian pembalap MotoGP, Fabio Quartararo. Bahkan, dia menirukan gaya Rara dan viral.

Akun Twitter @MotoGP bahkan menuliskan “Thank you for stopping the rain” dan disertai tagar #IndonesianGP. Kiriman itu lalu ditwit ulang hingga lebih dari 16.000 kali dan disukai 88.000 netizen per pukul 19.23 WIB tadi.

Karenanya, Riqo berpendapat, mempertontonkan cara pawang hujan bekerja hanya bagian dari strategi promosi. “Ini adalah seni mengubah krisis menjadi peluang.”

“Mengapa?” sambungnya, “sebab Indonesia akan rugi jika setelah MotoGP, warga dunia hanya membicarakan Miguel Oliveira, Marc Marquez, dan lain-lain.”

Baca Juga :  Masyarakat Lombok Dukung Pelaksanaan MotoGP di Mandalika

Oleh karena itu, harus ada kejadian yang membuat warga dunia juga membicarakan RI, mengetik kata “Indonesia” di mesin pencari, atau penasaran dengan warna cawan yang mirip minyak goreng.

“Panggung ini diperankan dengan baik oleh seorang anggota tim pawang hujan, Rara Istiani Wulandari dan staf hotel bernama Risman,” jelasnya.

Risman belakangan juga viral lantaran pemenang MotoGP Mandalika, Miguel Oliveira, menyebut namanya. Bahkan, kemenangan itu dipersembahkan secara khusus untuknya selain putri Oliveira.

Nama Risman membekas di hati Oliveira karena kerap membantunya selama sepekan terakhir di NTB.

Riqo mengingatkan, diplomat pada era digital tidak hanya dilakoni mereka yang berdasi, tetapi dapat juga diperankan dukun hingga staf hotel. Mereka bisa menjadi magnet agar masyarakat tertarik mengunjungi Lombok dan daerah lainnya.

Baca Juga :  Songsong Pilkada 2024, Liga Jakarta Akan Jaring Nama-Nama Cagub

“Dalam konteks lain, novelis Andrea Hirata juga sukses melakukannya setelah bertahun-tahun pemerintah ‘bingung’ mempromosikan sebuah potongan surga bernama Bangka Belitung,” ucapnya.

Oleh karena itu, Riqo enggan mempersoalkan pro kontra tentang halal-haramnya pawang hujan. Dirinya justru meminta percakapan netizen soal isu ini dalam bahasa Inggris, Arab, Mandarin, Rusia, dan lain-lain agar warga dunia menikmatinya dan kian tertarik ke Indonesia.

“Sukses untuk MotoGP Mandalika, Nusa Tenggara Barat, Indonesia. Sukses juga untuk Formula E pada 4 Juni 2022 nanti. Dunia harus tahu bahwa Indonesia sudah selesai dengan pandemi,” ujarnya. “Bahkan, sedang sibuk dengan urusan lain, seperti minyak goreng yang sekarang melimpah, namun harga tinggi. Salam minyak goreng.”

Sumber :

Fatah S

Berkarier di industri media sejak 2010 dan menjadi penulis buku.