in ,

Ada anomali, Indikator ajak masyarakat waspadai penggelembungan suara parpol

Perolehan suara partai politik pada Pemilu 2024 dalam hitung riil (real count) KPU di laman pemilu2024.kpu.go.id, Minggu (3/3/2024). Istimewa

Jakarta, KAHMINasional.com – Direktur Eksekutif Indikator Politik Indonesia, Burhanudin Muhtadi, mengajak masyarakat mewaspadai dugaan penggelembungan suara partai tertentu yang naik secara tak wajar. Salah satu modusnya adalah memanfaatkan surat suara tak terpakai dan daftar pemilih tambahan.

“Faktanya, tingkat partisipasi di pilpres dan pileg berbeda. Banyak pemilih datang ke TPS, tapi hanya mencoblos pilpres, tapi tidak mencoblos kertas suara lain. Kertas suara pileg yang tak terpakai ini bisa disalahgunakan oleh KPPS nakal,” kicaunya melalui akun X (Twitter) @BurhanMuhtadi, Sabtu (2/3).

Sebelumnya, warganet bernama Mujab MS bertanya kepada Burhanuddin tentang potensi menginjeksi suara dengan memainkan dan membuat angka partisipasi pileg dan pilpres sama besar. Berdasarkan hasil hitung cepat (quick count) Indikator, angka partisipasi pilpres sebesar 82,57%, sedangkan pileg 78.27%.

Baca Juga :  PAN soal Anggaran Pemilu 2024: Tidak Rasional

Pernyataan tersebut dilontarkan seiring meroketnya suara PSI dalam 3 hari. Bahkan, bertambah 19.000 suara dari 110 tempat pemungutan suara (TPS) dalam 2 jam.

Adapun suara partai politik (parpol) lain cenderung stagnan. Derasnya peningkatan itu membuat raihan suara PSI menembus 3%, padahal hasil quick count berbagai lembaga survei hanya 2,6% dengan margin of error 1%. Hal senada dipertanyakan wartawan senior Goenawan Mohamad.

“Saat ini, suara PSI dalam dua jam bertambah 19 ribu. @BurhanMuhtadi dan @saiful_mujani—bingung. Mungkin PSI adalah Partai Sim-salabim Indonesia,” cuit GM, sapaannya, kepada Burhanuddin dan pendiri Saiful Mujani Research Center (SMRC), Saiful Mujani, Sabtu (2/3).

Menjawab pertanyaan GM, Burhanuddin menyampaikan, Indikator siap buka-bukaan data hasil C1 yang menjadi sampel.

Baca Juga :  Mendag Lutfi Buka Suara soal Krisis Minyak Goreng, Ada Ulah Mafia

“Untuk mengujinya, kami akan bandingkan formulir C1 di TPS sample quick count kita dengan data KPU yang tersedia di sirekap. Saatnya kita gunakan fungsi utama quick count, yakni mengontrol KPU,” balas Guru Besar Ilmu Politik UIN Syarif Hidayatullah itu.

Dalam tiga hari terakhir publik memang dikejutkan atas kenaikan suara PSI dalam sekejap. Padahal, data sirekap KPU telah mencapai 65% sehingga persentase mestinya stabil atau konstan.

“Saya tahu, Bro. Semakin banyak data masuk TPS ke sirekap, apalagi sampai di atas 50%, maka semakin berat volatilitas suara akan terjadi. Normalnya begitu,” timpal Burhanuddin menyanggah keberatan Ketua DPP PSI, Dedek Prayudi, dalam X.

Mulanya, Uki, sapaan Dedek, menyangkal anomali kenaikan suara PSI di tengah menurun dan stabilnya partai lain.

Baca Juga :  Rapat Pleno KAHMI Jaya Telurkan 6 Rekomendasi, Singgung Pemilu 2024

Sumber :

Fatah S

Berkarier di industri media sejak 2010 dan menjadi penulis buku.