in

Master Ikhsan Parinduri dan Eksistensi HMI Komisariat Adab UIN Padang

Oleh Muhammad Yusuf El-Badri, mahasiswa Program Doktor Sekolah Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, intelektual muda Perti, dan Sekretaris Umum HMI Komisariat Adab IAIN Imam Bonjol Padang 2009-2011

Subuh 18 Mei 2023, saya dikejutkan oleh kabar duka berpulangnya Ikhsan Parinduri. Kabar duka itu saya lihat di status media sosial Yul Rahmat Datar atau biasa kami panggil Master Jo. Di flayer yang dibagikan Master Jo tertulis “Universitas Budi Darma mengucapkan turut berduka atas wafatnya Ikhsan Parinduri, S.Si, M.Si”.

Di flayer ucapan duka itu, terpampang foto dan nama yang sangat familiar bagi saya, Ikhsan Parinduri. Ketika menyebut Ikhsan Parinduri, di otak saya langsung tergambar sosok seorang pria berwajah bulat, berpandangan tajam, bertubuh gempal, tinggi, dan suka membuat keriuhan karena candaannya.

Ikhsan Parinduri adalah salah satu Master of Training (MoT) dalam Latihan Kader Tingkat Pertama (LK-1) HMI Cabang Padang pada masa saya kuliah. Pertemuan pertama saya dengan Ikhsan Pinduri adalah ketika Komisariat Adab IAIN Imam Bonjol Cabang Padang melaksakanakan LK-1 untuk pertama kalinya setelah beberapa tahun lamanya.

Ketika itu, pada tahun 2008, sepengetahuan saya, anggota HMI di Komisariat Adab tidak lebih dari lima orang. Itupun sudah termasuk pengurus. Mereka adalah Sulman (Ketua Umum), Jamal (Sekrtaris), Dian (Bendahara), Rio dan Agus sebagai anggota. Dengan lima anggota Komisariat itu, keberadaan HMI antara ada dan tiada.

Para pengurus utama HMI Komisariat Adab pada itu tak cukup kuat untuk mendobrak dominasi organisasi mahasiswa KSI atau LDK, perpanjangan PKS dalam kampus yang menguasai semua srtruktur organisasi mahasiswa dari tingkat Koordinator Mahasiswa (Kosma).

Pada tahun 2009 awal, anggota HMI Komisariat Adab bertambah dua orang, penulis ini dan Yosi Nofa lewat skema LK-1 STKIP. MoT-nya adalah Master Jo. Jadilah anggota Komisariat HMI menjadi sembilan orang. Sekali lagi, termasuk pengurus. Dengan tambahan dua orang anggota yang tak dapat diandalkan ini, pengurus nekat melaksanakan LK-1.

Baca Juga :  Peluruhan Lailatul Qodr

Sulman sebagai Ketua Umum ketika itu beralasan, sudah lebih tiga tahun Komisariat tidak mengadakan LK-1. “Kalau begini terus, lama-lama Komisariat bisa mati karena tidak ada kader. Untuk sekarang saja kita tercatat sebagai Komisariat persiapan, bukan penuh. Kalau sempat Komisariat ini mati, waduh, susah menghidupkan kembali!”

Di kemudian hari saya mengerti bahwa yang disampaikan oleh Sulman ketika itu adalah bahasa provokasi untuk saya sebagai kader HMI yang baru lahir, darah HMI sedang panas-panasnya setelah di tempa selama satu minggu penuh, siang dan malam. Dengan provokasi itu, saya merasa tertantang.

Pengurus memutuskan LK-1 mesti diadakan dengan tujuh orang tenaga dari Komisariat. Sejak hari itu, dimulailah rapat-rapat persiapan. Rio, salah seorang pengurus, ditunjuk sebagai ketua panitia. Ketupat sebutannya waktu itu. Enam orang lainnya, Sulman, Jamal, Dian, Agus dan dua anggota baru, sebagai anggota panitia.

Pada saat pembagian kerja panitia, semua ambil bagian. Semangat Komisariat benar terbudur. Sulman sebagai Ketua Umum Komisariat merangkap anggota panitia mengatakan, “Saya bertanggung jawab terhadap logistik, beras, dan pendanaan”. Agus menimpali, “Saya juru masak selama LK-1, tujuh hari-tujuh malam. Jamal, “Saya mengurus dan pedaftaran, penerimaan peserta, sampai screening“.

Melihat semangat para pengurus itu, saya hanya bingung tak mengerti. Apa yang bisa saya lakukan sebagai anak baru. Yang saya punya hanya semangat yang menggebu-gebu. Tak ada pengalaman. Tak tahu pula apa yang arus saya kakap dan kerjakan. Lalu, dengan berat hati saya sampaikan, “Saya siap libur satu minggu kuliah untuk menemani panitia dan peserta”. Jadilah saya sebagai tenaga serbaguna.

Setelah semua persiapan selesai dan pembukaan pendaftaran dimulai, muncul masalah baru. Tidak ada tim pengelola LK-1 yang bersedia. Tidak ada Master of Training (Mot) dan wakilnya atau Wamot. Tidak ada juga instruktur. Semua MoT ketika itu sudah kelelahan karena training yang berlangsung silih berganti setiap minggunya.

Masa-masa itu, memang LK-1 di Gedung HMI, Jalan Hang Tuah 58, Padang, sedang-giat-giatnya dilakukan. Hang Tuang 58 selalu ramai tiap hari. Siang dan malam.

Baca Juga :  ​Merayakan Kemurungan Hidup Bersama Filsafat

Berkali-kali Sulman dan Ketua Panitia bolak-balik ke Hang Tuah 58. Tak ada jalan. Tak ada lagi yang sanggup mengelola LK-1. Semua kelelahan. Dan sudah banyak juga yang kuliahnya terbengkalai. Ada juga yang sebagian akan menghadapi ujian tengah semester.

Ada beberapa instruktur yang bersedia, tetapi percuma kalau tidak ada master. Ada satu-dua yang bersedia jadi MoT, tetapi tak sanggup kalau instruktur kurang dari 10 orang.

Satu-dua hari menjelang LK-1, Sulman sebagai Ketua Umum tampak mulai putus asa. Sampai di kampus, wajahnya agak pucat, kusam, dan mata hitam. Sudah beberapa hari Sulman begadang dan tidak tidur. Ia pergi kian ke mari tak tentu waktu mencari siapa yang bersedia menjadi MoT, Wamot satu, dan Wamot dua, beserta siapa yang bersedia menjadi instruktur utama dan instruktur muda.

Sulman dan pengurus Komisariat Adab ketika entah benar-benar punya nyali besar atau malu pada dua anggota baru untuk surut mundur dan membatalkan rencana LK-1. Entah. Yang jelas, meski belum ada yang bakal mengelola training, ia tetap memastikan persiapan LK-1 di Kantor HMI Cabang Padang. Ia memastikan alat-alat dapur, ATK, dan bertanya berapa orang yang sudah mendaftar. Bahkan, ia berani-beraninya untuk menyuruh panitia tetap membawa peserta screening di Kantor HMI Cabang Padang. Benar-benar gila. Tidak pernah saya melihat orang Sulman itu.

Dan lebih gila lagi, entah apa yang terjadi masa itu, entah Tuhan Yang Maha Penyayang menunjukkan kuasanya, Ikhsan Parinduri tiba-tiba bersedia menjadi MoT merangkap Wamot I dan WaMot II sekaligus instruktur. Ia kemudian dibantu tak kurang dari tujuh orang instruktur. Beberapa orang bahkan instruktur magang, pemula.

Akhirnya, LK-1 HMI Komisariat Adab terlaksana kembali setelah beberapa tahun tidak ada kaderisasi. HMI Komisariat Adab Cabang Padang hidup lagi dan akhirnya menjadi Komisariat penuh sampai sekarang.

Baca Juga :  Nuansa Kongres HMI dalam Muswil KAHMI Malut

Di sinilah jasa besar Ikhsan Parinduri dalam proses kaderisasi HMI di Cabang Padang, Komisariat Adab khususnya. Atas nama HMI dan masa depan anak-anak muda Indonesia, Ikhsan Parinduri telah melakukan banyak hal. Menjadi pengelola LK-1 bukan perkara mudah dan ringan. Apalagi, ketika itu, 2009, Ikhsan Parinduri memikul beban berat itu seorang diri. Empat peran sekaligus ia ambil demi kaderisasi.

Katanya di kemudian hari setelah LK-1 HMI Komisariat Adab selesai, “Belum pernah seumur-umur saya di HMI, LK-1 hanya ada Master, dan Wamot I, dan II sekaligus pula perangkap instruktur dan pemateri. Hanya di Komisariat Adab. Hanya di Komisariat Adab pula LK-1 dikelola oleh lima-enam instruktur. Dan di LK-1 Komisariat Adab pula hanya ada lima panitia untuk tujuh hari. Siang dan malam. Kalau panitia tak punya semangat juang yang tangguh, saya juga takkan sanggup mengelola LK-1 sendirian.”

Kalau saya mengingat-ingat apa yang terjadi selama LK-1 Adab 2009 itu, hampir-hampir saya menitikkan air mata. Perjuangan dan pengorbanan luar biasa dari Ikhsan Parinduri. Jasanya takkan pernah saya lupa untuk HMI, khususnya HMI Komisariat Adab IAIN (UIN) Imam Bonjol Padang.

Kini, orang yang berjasa besar pada HMI, terutama HMI Komisariat Adab, itu telah berpulang tanpa saya sempat bertemu lagi. Ia berpulang keharibaan Allah dalam usia yang sangat muda. Selamat jalan, Master Ikhsan Parinduri. Wajahmu yang bulat, tubuh tambun, suara yang besar, dan sering tertawa gahar itu akan terus saya kenang.

Jasa dan pengorbananmu untuk HMI, untuk anak-anak muda bangsa Indonesia, semoga dicatat sebagai amal jariah oleh Allah Yang Maha Penyayang.

Karena pengorbanan dan jasamulah, Master Ikhsan, sampai sekarang HMI tetap eksis di Komisariat Adab IAIN (UIN) Imam Bonjol Padang. Sejak 2009, sudah puluhan mungkin juga ratusan anak-anak muda mendapat manfaat dari kaderisasi di HMI Komisariat Adab. Terima kasih, Master Ikhsan.

Sumber :

Fatah S

Berkarier di industri media sejak 2010 dan menjadi penulis buku.