in

Prof Suparji Ahmad: Jernih Meneropong Permasalahan Hukum

Guru Besar Universitas Al Azhar Indonesia (UAI) yang juga kandidat Presidium MN KAHMI 2022-2027, Suparji Ahmad. Dokumentasi UAI.
Guru Besar Universitas Al Azhar Indonesia (UAI) yang juga kandidat Presidium MN KAHMI 2022-2027, Suparji Ahmad. Dokumentasi UAI.

Oleh Dwiki Setiyawan, Ketua Umum Bakornas LAPMI PB HMI 1997-1999 dan Wakil Bendahara Umum MN KAHMI 2017-2022

Tatkala sama-sama di kepengurusan Badko HMI Jawa Bagian Tengah periode 1992-1994 era Ketua Umum Setyo Mardanus, saya heran dengan rekan Suparji Ahmad. Di MN KAHMI masa bakti 2017-2022, dia menjabat Ketua Bidang Hukum. Ada apa dengannya?

Saat itu, ada seorang HMI-wati dari salah satu cabang di pesisir Jawa Tengah mengejar-ngejar Suparji. Love is blind. Si HMI-wati tersebut seorang penyiar radio cukup terkenal. Pintar bergaul dan manis sekali.

Namun demikian, persoalan hati seseorang itu sebuah misteri abadi. Suparji tak menanggapi. Bergeming. Teguh bagaikan sebuah bata karang di tengah lautan hingga hantaman ombak yang menerpanya surut perlahan. Akhirnya, menjadi cinta bertepuk sebelah tangan.

Sembari makan siang nasi dan mangut khas Semarang, di sebuah warung dekat kantor Badko HMI, saya pun komentar kepada Mas Sadzali, Sekum Badko waktu itu, tentang sikap cuek Suparji di atas.

“Coba, Mas Sadzali, jikalau saya yang dikejar-kejar HMI-wati seperti Suparji, langsung tangkap,” kata saya terkekeh, teringat akan judul film komedi populer yang dibintangi Lidya Kandouw dan Deddy Mizwar, Kejarlah Daku… Kau Kutangkap.

Semenjak saya mengenalnya di kepengurusan badko, Suparji sering diberi peran jadi moderator kegiatan. Baik skala kecil maupun besar.

Baca Juga :  "Pohon Kamboja"

Sikapnya tenang di belakang meja persidangan atau suatu event. Tidak pernah saya lihat dia bicara meledak-ledak. Namun, sesekali sorot matanya menyapu semua hadirin. Memunculkan aura karisma dan wibawa tersendiri.

Dalam sesi tanya jawab, dia pun akomodatif, alih-alih peserta yang tak kebagian tanya, misalnya, bisa menerima. Biasanya, ringkasan rumusan suatu kegiatan, dia kemukakan di akhir acara. Dengan redaksi kalimat yang runtut, mudah dipahami, dan mudah ditindaklanjuti jika sifatnya rekomendasi.

Hingga kemudian, kami berdua kembali bersama di kepengurusan PB HMI periode 1997-1999. Suparji tetap spesialis moderator di masa Ketua Umum Anas Urbaningrum tersebut.

Pandangan-pandangan Suparji, yang alumnus Fakultas Hukum Universitas Diponegoro Semarang, terkait permasalahan hukum kontemporer sering dilontarkan dalam rapat-rapat internal organisasi. Baik ketika di Badko HMI maupun PB HMI.

Anak-anak HMI berlatar pendidikan Fakultas Hukum tidak hanya Suparji saat di Badko atau PB HMI. Namun, yang memiliki langgam tenang menghanyutkan dalam arena perdebatan, barangkali hanya dia seorang.

Baca Juga :  Membela Konstitusi

Dia tak memaksakan ini atau itu pendapatnya tentang solusi permasalahan hukum untuk diterima (pengambil keputusan). Ibarat ada 1.001 jalan menuju Roma, begitu pula cara dia. Jika A yang dipilih, ada konsekuensi. Demikian pula pilihan B, dan seterusnya.

Permasalahan hukum yang nampak keruh dia teropong secara jernih. Bukannya diperkeruh terlebih dahulu untuk ambil keuntungan dan kesempatan. Dia apa adanya dan tidak mau mengada-ada.

Jam terbang cukup tinggi, jauh, dan melesat soal-soal hukum yang dia pelajari sekaligus pratikkan sedari aktif di HMI. Itulah yang membentuk “Suparji baru”.

Pasca-HMI, Suparji yang lahir di Sukoharjo, Jawa Tengah, 20 Februari 1972, musti terjun ke medan kehidupan sesungguhnya. Jalur akademisi dia tempuh. Menjadi dosen. Di beberapa perguruan tinggi Jakarta.

Jenjang pendidikan S-2 (master) dan S-3 (doktoral) ilmu hukum dia selesaikan di Universitas Indonesia.

Seiring waktu, akhirnya mahkota Guru Besar Bidang Ilmu Hukum dia peroleh, beberapa bulan lalu. Pengukuhan Guru Besar Universitas Al Azhar Indonesia dilaksanakan pada 22 Juni 2022, dengan ulasan orasi ilmiah oleh Jaksa Agung RI, Prof. Dr. Burhanuddin, SH, MH.

Baca Juga :  Masjid sebagai Pusat Recovery Palu (dan Sekitarnya)

Prof. Parji kini menjabat sebagai Ketua Senat Universitas Al Azhar Indonesia.

Di sela-sela waktu yang ada, dia pernah jadi tenaga ahli anggota sebuah fraksi DPR RI. Pun beberapa kali terpilih jadi panitia seleksi anggota KPU/Bawaslu daerah.

Setahu saya, sejak dahulu, Suparji nonpartisan. Tak berafiliasi dengan partai politik mana pun.

Jaringan dia di lembaga-lembaga penegak hukum Tanah Air cukup luas. Mulai dari institusi Kejaksaan Agung, Kepolisian Negara RI, Mahkamah Agung, dan lain-lain. Untuk sekadar diketahui, jaringan alumni Fakultas Hukum Undip Semarang di beberapa institusi di atas cukup kuat.

Seraya mengatupkan sepuluh jari di kedua tangan, saya sudahi tulisan ini.

Akhir kata, sosok seperti Prof. Suparji Ahmad di atas layak dipilih sebagai Presidium MN KAHMI. Isu-isu soal hukum 5 tahun ke depan akan kompleks. MN KAHMI sangat butuh peneropong jernih yang mampu menyelesaikan masalah tanpa masalah. Prof Suparji Ahmad inilah orangnya!

Sumber :

Fatah S

Berkarier di industri media sejak 2010 dan menjadi penulis buku.