Wartamerta Arsip - KAHMI Nasional Korps Alumni Himpunan Mahasiswa Islam Fri, 12 Jul 2024 18:11:18 +0000 id hourly 1 https://wordpress.org/?v=6.6.1 https://www.kahminasional.com/assets/img/2021/11/favicon-kahmi-nasional-48x48.png Wartamerta Arsip - KAHMI Nasional 32 32 202918519 Kak Aida, perempuan mentor tangguh https://www.kahminasional.com/read/2024/07/13/9830/kak-aida-perempuan-mentor-tangguh/ Fri, 12 Jul 2024 18:11:18 +0000 https://www.kahminasional.com/?p=9830 Oleh Lena Maryana Mukti, Duta Besar LBBP RI untuk Kuwait dan Koordinator MPI “Len, apa kabar?” Begitu suara Kak Aida menyapa setiap kali kami berkesempatan saling mengubungi. Biasanya kami menanyakan kesehatan masing-masing. Saya sangat menyesal tidak bisa bertemu fisik dengan beliau saat berkunjung ke tanah air pada bulan Mei 2024. Kami hanya sempat bertukar kabar melalui […]

Artikel Kak Aida, perempuan mentor tangguh pertama kali tampil pada KAHMI Nasional.

]]>
Oleh Lena Maryana Mukti, Duta Besar LBBP RI untuk Kuwait dan Koordinator MPI

“Len, apa kabar?” Begitu suara Kak Aida menyapa setiap kali kami berkesempatan saling mengubungi. Biasanya kami menanyakan kesehatan masing-masing.

Saya sangat menyesal tidak bisa bertemu fisik dengan beliau saat berkunjung ke tanah air pada bulan Mei 2024. Kami hanya sempat bertukar kabar melalui telepon. Saat itu, beliau minta didoakan karena akhir-akhir ini merasa tidak sehat. Yang dikeluhkan beliau adalah rasa sakit di tangan dan bagian belakang punggungnya.

Saya mengenal Kak Aida ketika saya aktif di Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Cabang Ciputat 1983-1989. Saat itu, saya mengikuti training HMI, yang salah satu narasumbernya adalah Kak Aida. Saya tidak ingat kapan tahunnya. Yang masih melekat di ingatan saya, meskipun sudah lewat kurang lebih 40 tahun, adalah sosok perempuan yang bertubuh tidak terlalu besar, tetapi suaranya sangat tegas dan jelas. Gaya bicara beliau runtut dan kadang diselingi pernyataan yang membuat kami tersenyum. Gaya bicara Kak Aida masih tetap sama meskipun sudah menginjak usia 70 tahunan.

Beliau selalu semangat apabila bertutur tentang pengawalan partisipasi dan representasi perempuan, baik di lingkungan kampus Institut Pertanian Bogor (IPB), di mana beliau mengabdikan diri sepanjang hidupnya, maupun di Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI), organisasi intelektual muslim Indonesia yang ikut beliau dirikan dan di berbagai organisasi lainnya, termasuk di Maju Perempuan Indonesia (MPI), yang terbentuk pada 09 November 2011.

Dalam semua kegiatan MPI, Kak Aida tidak pernah absen memberi sumbang saran. Beliau akan tekun mengikuti meskipun sebagai seorang Guru Besar, kadang kegiatan diskusi virtual yang MPI lakukan sudah sangat beliau pahami. Beliau akan hadir dari awal hingga akhir diskusi. Beliau sangat paham bahwa kehadiran beliau akan memberi semangat kepada juniornya.

Beberapa tahun yang lalu, saat ultah beliau ke-70 tahun, saya dan Mbak Yuda berniat mengunjungi kediaman Kak Aida di Bogor. Bahkan, kami sudah membelikan bunga ucapan selamat ultah untuk beliau. Keinginan kami dengan alasan akan cari lain waktu karena saat itu hari sudah menjelang sore. Hingga wafatnya beliau, niat mengunjungi beliau di Bogor tidak terwujud.

Kabar sakitnya Kak Aida saya dengar dari anaknya tanggal 30 Juni 2024. Bunyi pesan WhatsApp (WA) yang saya terima sebagai berikut:

“Assalamualaikum, Bu Lena, saya Desina putrinya Bu Aida, mohon maaf baru mengabarkan bahwa Ibu Aida sedang dirawat sudah selama 17 hari. Saat ini, komunikasinya sangat terbatas, tetapi barusan minta saya info ke Ibu. Mohon doanya, ya, Bu, untuk kesembuhan Bu Aida. Terima kasih.”

Saya langsung telepon dan menanyakan kondisi beliau. Dari anak keduanya, saya mendapat tambahan informasi bahwa sesungguhnya Kak Aida bersiap keluar dari rumah sakit, tetapi tiba-tiba kondisinya menurun dan harus diobservasi kembali. Belakangan, saya mendapat informasi bahwa beliau menderita CA dan sudah menyebar.

Dada saya langsung sesak dan tidak kuasa menahan tangis.

Kembali saya hubungi anak beliau, Jumat, 12 Juli 2024, pukul 04.00 waktu Kuwait (pukul 08.00 WIB), saat bersiap akan salat Subuh untuk menanyakan perkembangan terakhir kesehatannya. Karena anaknya sedang dalam perjalanan ke RS, saya dijanjikan akan diberi kabar tentang kondisi Kak Aida.

Saat menunggu kabar, saya buka Al-Qur’an dan membacakan Surat Yasin untuk memohon kepada Sang Khalik, Allah Swt agar memberikan yang terbaik untuk Kak Aida.

Setelah memanjatkan doa selesai Yasinan, saya membatin, “Jika Allah berkehendak, mudahkanlah jalan Kak Aida menghadap-Nya di hari Jumat yang penuh keberkahan.”

Ternyata, berita wafatnya Kak Aida datang beberapa jam setelah itu. Air mata saya tidak terbendung karena kesedihan yang luar biasa ditinggal seorang kakak, mentor, guru, sekaligus panutan saya. Duka saya bertambah karena belum sempat menghadirkan Kak Aida di Kuwait, seperti yang selalu saya sampaikan ke beliau ketika kami berkomunikasi.

Saya ingin memperkenalkan beliau ke perempuan Kuwait bahwa kami punya perempuan intelektual tangguh yang sempurna sebagai sosok pendidik, sosok istri yang luar biasa ketika almarhum suami Kak Aida masih ada, juga sosok seorang ibu sekaligus nenek yang tidak pernah berhenti membagi ilmu dan membagi kebaikan.

Ya Allah Yang Maha Pengasih dan Penyayang, terimalah kembalinya Kak Aida ke haribaan-Mu. Terangilah alam kuburnya, ampuni segala dosa dan kesalahannya, dan tempatkanlah almarhumah di jannah-Mu. Lahal Fatihah. Amin.

Artikel Kak Aida, perempuan mentor tangguh pertama kali tampil pada KAHMI Nasional.

]]>
9830
Mantan Wakil Ketua KAHMI Kalteng, Ade Supriadi meninggal dunia https://www.kahminasional.com/read/2024/04/26/9651/mantan-wakil-ketua-kahmi-kalteng-ade-supriadi-meninggal-dunia/ Fri, 26 Apr 2024 14:46:25 +0000 https://www.kahminasional.com/?p=9651 Palangka Raya, KAHMINasional.com – Kabar duka menyelimuti keluarga besar Korps Alumni Himpunan Mahasiswa Islam Kalimantan Tengah (KAHMI Kalteng). Sebab, mantan Wakil Ketua Majelis Wilayah (MW) KAHMI Kalteng, Ade Supriadi, meninggal dunia pada Jumat (26/4). Ade merupakan anggota DPRD Kalteng 2009-2014 dan 2014-2019. Ia kembali terpilih pada Pemilihan Umum (Pemilu) 2024 dari daerah pemilihan (dapil) Kalteng […]

Artikel Mantan Wakil Ketua KAHMI Kalteng, Ade Supriadi meninggal dunia pertama kali tampil pada KAHMI Nasional.

]]>
Palangka Raya, KAHMINasional.com – Kabar duka menyelimuti keluarga besar Korps Alumni Himpunan Mahasiswa Islam Kalimantan Tengah (KAHMI Kalteng). Sebab, mantan Wakil Ketua Majelis Wilayah (MW) KAHMI Kalteng, Ade Supriadi, meninggal dunia pada Jumat (26/4).

Ade merupakan anggota DPRD Kalteng 2009-2014 dan 2014-2019. Ia kembali terpilih pada Pemilihan Umum (Pemilu) 2024 dari daerah pemilihan (dapil) Kalteng I, yang meliputi Kota Palangka Raya, Gunung Mas, dan Katingan.

“Sungguh, umur tidak ada yang menduga,” ucap Ketua NasDem Kalteng, Farida Darland Atjeh.

Farida juga mengajak semua pihak mendoakan yang terbaik bagi almarhum.

“Semoga almarhum husnul khatimah dan Allah Swt merahmati, menempatkan almarhum di tempat yang paling mulia dan keluarga yang ditinggalkan diberikan ketahanan dan kesabaran,” katanya.

Ade tercatat pernah berkiprah dan memegang posisi strategis di sejumlah organisasi. Misalnya, menjadi ketua umum Pengprov Perpani Kalteng, MPP Partai Amanat Nasional (PAN) Kalteng), wakil ketua HIPKA Kalteng, wakil ketua umum KONI Kalteng, dan wakil ketua Lembaga Pustaka PWM Kalteng.

Artikel Mantan Wakil Ketua KAHMI Kalteng, Ade Supriadi meninggal dunia pertama kali tampil pada KAHMI Nasional.

]]>
9651
Master Ikhsan Parinduri dan Eksistensi HMI Komisariat Adab UIN Padang https://www.kahminasional.com/read/2023/06/11/9265/master-ikhsan-parinduri-dan-eksistensi-hmi-komisariat-adab-uin-padang/ Sat, 10 Jun 2023 17:37:36 +0000 https://www.kahminasional.com/?p=9265 Oleh Muhammad Yusuf El-Badri, mahasiswa Program Doktor Sekolah Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, intelektual muda Perti, dan Sekretaris Umum HMI Komisariat Adab IAIN Imam Bonjol Padang 2009-2011 Subuh 18 Mei 2023, saya dikejutkan oleh kabar duka berpulangnya Ikhsan Parinduri. Kabar duka itu saya lihat di status media sosial Yul Rahmat Datar atau biasa kami panggil […]

Artikel Master Ikhsan Parinduri dan Eksistensi HMI Komisariat Adab UIN Padang pertama kali tampil pada KAHMI Nasional.

]]>
Oleh Muhammad Yusuf El-Badri, mahasiswa Program Doktor Sekolah Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, intelektual muda Perti, dan Sekretaris Umum HMI Komisariat Adab IAIN Imam Bonjol Padang 2009-2011

Subuh 18 Mei 2023, saya dikejutkan oleh kabar duka berpulangnya Ikhsan Parinduri. Kabar duka itu saya lihat di status media sosial Yul Rahmat Datar atau biasa kami panggil Master Jo. Di flayer yang dibagikan Master Jo tertulis “Universitas Budi Darma mengucapkan turut berduka atas wafatnya Ikhsan Parinduri, S.Si, M.Si”.

Di flayer ucapan duka itu, terpampang foto dan nama yang sangat familiar bagi saya, Ikhsan Parinduri. Ketika menyebut Ikhsan Parinduri, di otak saya langsung tergambar sosok seorang pria berwajah bulat, berpandangan tajam, bertubuh gempal, tinggi, dan suka membuat keriuhan karena candaannya.

Ikhsan Parinduri adalah salah satu Master of Training (MoT) dalam Latihan Kader Tingkat Pertama (LK-1) HMI Cabang Padang pada masa saya kuliah. Pertemuan pertama saya dengan Ikhsan Pinduri adalah ketika Komisariat Adab IAIN Imam Bonjol Cabang Padang melaksakanakan LK-1 untuk pertama kalinya setelah beberapa tahun lamanya.

Ketika itu, pada tahun 2008, sepengetahuan saya, anggota HMI di Komisariat Adab tidak lebih dari lima orang. Itupun sudah termasuk pengurus. Mereka adalah Sulman (Ketua Umum), Jamal (Sekrtaris), Dian (Bendahara), Rio dan Agus sebagai anggota. Dengan lima anggota Komisariat itu, keberadaan HMI antara ada dan tiada.

Para pengurus utama HMI Komisariat Adab pada itu tak cukup kuat untuk mendobrak dominasi organisasi mahasiswa KSI atau LDK, perpanjangan PKS dalam kampus yang menguasai semua srtruktur organisasi mahasiswa dari tingkat Koordinator Mahasiswa (Kosma).

Pada tahun 2009 awal, anggota HMI Komisariat Adab bertambah dua orang, penulis ini dan Yosi Nofa lewat skema LK-1 STKIP. MoT-nya adalah Master Jo. Jadilah anggota Komisariat HMI menjadi sembilan orang. Sekali lagi, termasuk pengurus. Dengan tambahan dua orang anggota yang tak dapat diandalkan ini, pengurus nekat melaksanakan LK-1.

Sulman sebagai Ketua Umum ketika itu beralasan, sudah lebih tiga tahun Komisariat tidak mengadakan LK-1. “Kalau begini terus, lama-lama Komisariat bisa mati karena tidak ada kader. Untuk sekarang saja kita tercatat sebagai Komisariat persiapan, bukan penuh. Kalau sempat Komisariat ini mati, waduh, susah menghidupkan kembali!”

Di kemudian hari saya mengerti bahwa yang disampaikan oleh Sulman ketika itu adalah bahasa provokasi untuk saya sebagai kader HMI yang baru lahir, darah HMI sedang panas-panasnya setelah di tempa selama satu minggu penuh, siang dan malam. Dengan provokasi itu, saya merasa tertantang.

Pengurus memutuskan LK-1 mesti diadakan dengan tujuh orang tenaga dari Komisariat. Sejak hari itu, dimulailah rapat-rapat persiapan. Rio, salah seorang pengurus, ditunjuk sebagai ketua panitia. Ketupat sebutannya waktu itu. Enam orang lainnya, Sulman, Jamal, Dian, Agus dan dua anggota baru, sebagai anggota panitia.

Pada saat pembagian kerja panitia, semua ambil bagian. Semangat Komisariat benar terbudur. Sulman sebagai Ketua Umum Komisariat merangkap anggota panitia mengatakan, “Saya bertanggung jawab terhadap logistik, beras, dan pendanaan”. Agus menimpali, “Saya juru masak selama LK-1, tujuh hari-tujuh malam. Jamal, “Saya mengurus dan pedaftaran, penerimaan peserta, sampai screening“.

Melihat semangat para pengurus itu, saya hanya bingung tak mengerti. Apa yang bisa saya lakukan sebagai anak baru. Yang saya punya hanya semangat yang menggebu-gebu. Tak ada pengalaman. Tak tahu pula apa yang arus saya kakap dan kerjakan. Lalu, dengan berat hati saya sampaikan, “Saya siap libur satu minggu kuliah untuk menemani panitia dan peserta”. Jadilah saya sebagai tenaga serbaguna.

Setelah semua persiapan selesai dan pembukaan pendaftaran dimulai, muncul masalah baru. Tidak ada tim pengelola LK-1 yang bersedia. Tidak ada Master of Training (Mot) dan wakilnya atau Wamot. Tidak ada juga instruktur. Semua MoT ketika itu sudah kelelahan karena training yang berlangsung silih berganti setiap minggunya.

Masa-masa itu, memang LK-1 di Gedung HMI, Jalan Hang Tuah 58, Padang, sedang-giat-giatnya dilakukan. Hang Tuang 58 selalu ramai tiap hari. Siang dan malam.

Berkali-kali Sulman dan Ketua Panitia bolak-balik ke Hang Tuah 58. Tak ada jalan. Tak ada lagi yang sanggup mengelola LK-1. Semua kelelahan. Dan sudah banyak juga yang kuliahnya terbengkalai. Ada juga yang sebagian akan menghadapi ujian tengah semester.

Ada beberapa instruktur yang bersedia, tetapi percuma kalau tidak ada master. Ada satu-dua yang bersedia jadi MoT, tetapi tak sanggup kalau instruktur kurang dari 10 orang.

Satu-dua hari menjelang LK-1, Sulman sebagai Ketua Umum tampak mulai putus asa. Sampai di kampus, wajahnya agak pucat, kusam, dan mata hitam. Sudah beberapa hari Sulman begadang dan tidak tidur. Ia pergi kian ke mari tak tentu waktu mencari siapa yang bersedia menjadi MoT, Wamot satu, dan Wamot dua, beserta siapa yang bersedia menjadi instruktur utama dan instruktur muda.

Sulman dan pengurus Komisariat Adab ketika entah benar-benar punya nyali besar atau malu pada dua anggota baru untuk surut mundur dan membatalkan rencana LK-1. Entah. Yang jelas, meski belum ada yang bakal mengelola training, ia tetap memastikan persiapan LK-1 di Kantor HMI Cabang Padang. Ia memastikan alat-alat dapur, ATK, dan bertanya berapa orang yang sudah mendaftar. Bahkan, ia berani-beraninya untuk menyuruh panitia tetap membawa peserta screening di Kantor HMI Cabang Padang. Benar-benar gila. Tidak pernah saya melihat orang Sulman itu.

Dan lebih gila lagi, entah apa yang terjadi masa itu, entah Tuhan Yang Maha Penyayang menunjukkan kuasanya, Ikhsan Parinduri tiba-tiba bersedia menjadi MoT merangkap Wamot I dan WaMot II sekaligus instruktur. Ia kemudian dibantu tak kurang dari tujuh orang instruktur. Beberapa orang bahkan instruktur magang, pemula.

Akhirnya, LK-1 HMI Komisariat Adab terlaksana kembali setelah beberapa tahun tidak ada kaderisasi. HMI Komisariat Adab Cabang Padang hidup lagi dan akhirnya menjadi Komisariat penuh sampai sekarang.

Di sinilah jasa besar Ikhsan Parinduri dalam proses kaderisasi HMI di Cabang Padang, Komisariat Adab khususnya. Atas nama HMI dan masa depan anak-anak muda Indonesia, Ikhsan Parinduri telah melakukan banyak hal. Menjadi pengelola LK-1 bukan perkara mudah dan ringan. Apalagi, ketika itu, 2009, Ikhsan Parinduri memikul beban berat itu seorang diri. Empat peran sekaligus ia ambil demi kaderisasi.

Katanya di kemudian hari setelah LK-1 HMI Komisariat Adab selesai, “Belum pernah seumur-umur saya di HMI, LK-1 hanya ada Master, dan Wamot I, dan II sekaligus pula perangkap instruktur dan pemateri. Hanya di Komisariat Adab. Hanya di Komisariat Adab pula LK-1 dikelola oleh lima-enam instruktur. Dan di LK-1 Komisariat Adab pula hanya ada lima panitia untuk tujuh hari. Siang dan malam. Kalau panitia tak punya semangat juang yang tangguh, saya juga takkan sanggup mengelola LK-1 sendirian.”

Kalau saya mengingat-ingat apa yang terjadi selama LK-1 Adab 2009 itu, hampir-hampir saya menitikkan air mata. Perjuangan dan pengorbanan luar biasa dari Ikhsan Parinduri. Jasanya takkan pernah saya lupa untuk HMI, khususnya HMI Komisariat Adab IAIN (UIN) Imam Bonjol Padang.

Kini, orang yang berjasa besar pada HMI, terutama HMI Komisariat Adab, itu telah berpulang tanpa saya sempat bertemu lagi. Ia berpulang keharibaan Allah dalam usia yang sangat muda. Selamat jalan, Master Ikhsan Parinduri. Wajahmu yang bulat, tubuh tambun, suara yang besar, dan sering tertawa gahar itu akan terus saya kenang.

Jasa dan pengorbananmu untuk HMI, untuk anak-anak muda bangsa Indonesia, semoga dicatat sebagai amal jariah oleh Allah Yang Maha Penyayang.

Karena pengorbanan dan jasamulah, Master Ikhsan, sampai sekarang HMI tetap eksis di Komisariat Adab IAIN (UIN) Imam Bonjol Padang. Sejak 2009, sudah puluhan mungkin juga ratusan anak-anak muda mendapat manfaat dari kaderisasi di HMI Komisariat Adab. Terima kasih, Master Ikhsan.

Artikel Master Ikhsan Parinduri dan Eksistensi HMI Komisariat Adab UIN Padang pertama kali tampil pada KAHMI Nasional.

]]>
9265
KAHMI Jaksel: Ferry Baldan Berkontribusi Besar bagi HMI dan Bangsa https://www.kahminasional.com/read/2022/12/02/9158/kahmi-jaksel-ferry-baldan-berkontribusi-besar-bagi-hmi-dan-bangsa/ Fri, 02 Dec 2022 10:17:08 +0000 https://www.kahminasional.com/?p=9158 KAHMINasional.com, Jakarta – Meninggalnya mantan Menteri ATR, Ferry Mursyidan Baldan, merupakan kehilangan besar bagi Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) dan Indonesia. Sebab, kata Ketua Umum Majelis Daerah Korps Alumni HMI Jakarta Selatan (MD KAHMI Jaksel), Ibrahim Malik Tanjung, berkontribusi besar bagi organisasi dan bangsa. “Ini merupakan kabar buruk bagi HMI-KAHMI dan bangsa karena kehilangan salah satu […]

Artikel KAHMI Jaksel: Ferry Baldan Berkontribusi Besar bagi HMI dan Bangsa pertama kali tampil pada KAHMI Nasional.

]]>
KAHMINasional.com, Jakarta – Meninggalnya mantan Menteri ATR, Ferry Mursyidan Baldan, merupakan kehilangan besar bagi Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) dan Indonesia.

Sebab, kata Ketua Umum Majelis Daerah Korps Alumni HMI Jakarta Selatan (MD KAHMI Jaksel), Ibrahim Malik Tanjung, berkontribusi besar bagi organisasi dan bangsa.

“Ini merupakan kabar buruk bagi HMI-KAHMI dan bangsa karena kehilangan salah satu putra terbaiknya,” ucap Budi Tanjung, sapaannya, Jumat (2/12).

Hal tersebut, terangnya, tecermin dari berbagai posisi strategis yang pernah diemban, baik sebagai Ketua Umum PB HMI hingga pembantu Presiden Joko Widodo (Jokowi).

“Kanda Ferry juga menjadi salah orang yang berkontribusi besar dalam membangun sistem kepemiluan dan kerangka pemerintahan Aceh dan Otsus Papua saat aktif di DPR,” tuturnya.

Budi Tanjung pun turut menyampaikan belasungkawa atas berpulangnya eks Ketua Umum Badan Koordinasi (Badko) HMI Jawa Barat (Jabar) ini.

“Atas nama KAHMI Jaksel, saya mengucapkan dukacita atas meninggalnya Kakanda Ferry. Semoga Allah Swt mengampuni dosa beliau,” tuturnya.

“Dan semoga keluarga yang tinggalkan diberikan kekuatan dan ketabahan,” tandasnya.

Ferry Mursyidan Baldan meninggal dunia pada hari ini, sekitar pukul 12.00 WIB. Dikabarkan karena sakit jantung.

Artikel KAHMI Jaksel: Ferry Baldan Berkontribusi Besar bagi HMI dan Bangsa pertama kali tampil pada KAHMI Nasional.

]]>
9158
KAHMI Sulteng Kenang Ferry Baldan: Kader Terbaik HMI https://www.kahminasional.com/read/2022/12/02/9155/kahmi-sulteng-kenang-ferry-baldan-kader-terbaik-hmi/ Fri, 02 Dec 2022 09:40:02 +0000 https://www.kahminasional.com/?p=9155 KAHMINasional.com, Palu – Majelis Wilayah Korps Alumni Himpunan Mahasiswa Islam Sulawesi Tengah (MW KAHMI Sulteng) turut berduka atas meninggalnya mantan Menteri ATR, Ferry Mursyidan Baldan. Ferry wafat pada hari ini (Jumat, 2/12), sekitar pukul 12.00 WIB. Diduga karena jantung. “Mewakili KAHMI Sulteng, saya mengucapkan belasungkawa atas wafatnya kader terbaik HMI, Ferry Mursyidan Baldan,” kata Ketua […]

Artikel KAHMI Sulteng Kenang Ferry Baldan: Kader Terbaik HMI pertama kali tampil pada KAHMI Nasional.

]]>
KAHMINasional.com, Palu – Majelis Wilayah Korps Alumni Himpunan Mahasiswa Islam Sulawesi Tengah (MW KAHMI Sulteng) turut berduka atas meninggalnya mantan Menteri ATR, Ferry Mursyidan Baldan.

Ferry wafat pada hari ini (Jumat, 2/12), sekitar pukul 12.00 WIB. Diduga karena jantung.

“Mewakili KAHMI Sulteng, saya mengucapkan belasungkawa atas wafatnya kader terbaik HMI, Ferry Mursyidan Baldan,” kata Ketua Umum KAHMI Sulteng, Andi Mulhanan Tombolotutu.

Mulhanan sempat bertemu dengan Ferry saat Musyawarah Nasional (Munas) XI KAHMI di Kota Palu, 24-27 November 2022. Itu menjadi sua terakhir baginya.

Ferry datang ke lokasi untuk mendampingi para senior, seperti Ketua Dewan Etik Jusuf Kalla (JK) dan Ketua Dewan Pakar Mahfud MD.

Mulhanan melanjutkan, hubungan Ferry dengan KAHMI Sulteng sudah berjalan sejak lama. Almarhum bahkan pernah membawa langsung bantuan saat bencana pada 2018.

Dia mendoakan almarhum mendapatkan tempat layak di sisi Allah Swt dan diampuni segala dosa-dosanya. Pun keluarga yang ditinggalkan diberikan ketabahan dan kekuatan.

Reporter: Fauzi Lamboka

Artikel KAHMI Sulteng Kenang Ferry Baldan: Kader Terbaik HMI pertama kali tampil pada KAHMI Nasional.

]]>
9155
Innalillahi, Kakanda Ferry Mursyidan Baldan Meninggal Dunia https://www.kahminasional.com/read/2022/12/02/9151/innalillahi-kakanda-ferry-mursyidan-baldan-meninggal-dunia/ Fri, 02 Dec 2022 08:04:21 +0000 https://www.kahminasional.com/?p=9151 KAHMINasional.com, Jakarta – Mantan Menteri Agraria dan Tata Ruang (ATR), Ferry Mursyidan Baldan, dikabarkan meninggal dunia pada Jumat, 12 Desember 2022, sekitar pukul 12.00 WIB. Kabar ini dibenarkan sahabat sekaligus mantan Presidium Majelis Nasional Korps Alumni Himpunan Mahasiswa Islam (MN KAHMI), Viva Yoga Mauladi. “Innalillahi wainnailaihi raji’un. Telah berpulang ke ra hmatullah sahabat kita, Ferry […]

Artikel Innalillahi, Kakanda Ferry Mursyidan Baldan Meninggal Dunia pertama kali tampil pada KAHMI Nasional.

]]>
KAHMINasional.com, Jakarta – Mantan Menteri Agraria dan Tata Ruang (ATR), Ferry Mursyidan Baldan, dikabarkan meninggal dunia pada Jumat, 12 Desember 2022, sekitar pukul 12.00 WIB.

Kabar ini dibenarkan sahabat sekaligus mantan Presidium Majelis Nasional Korps Alumni Himpunan Mahasiswa Islam (MN KAHMI), Viva Yoga Mauladi.

Innalillahi wainnailaihi raji’un. Telah berpulang ke ra hmatullah sahabat kita, Ferry Mursyidan Baldan, … pada hari ini, Jumat, 2 Desember 2022, jam 12.00-an di Jakarta,” tuturnya.

Allahummaghfirlahu warhamhu wa’afihi wa’fu’anhu. Semoga diampuni segala dosa-dosanya,” imbuhnya.

Berdasarkan informasi yang diterima Yoga, almarhum meninggal dunia karena penyakit jantung. “Sepertinya jantung.”

Almarhum kini disemayamkan di rumah duka, kawasan Slipi, Jakarta Barat.

Ferry Mursyidan Baldan merupakan eks kader HMI kelahiran 16 Juni 1961. Almarhum mengawali proses kaderisasi saat berkuliah di Universitas Padjajaran (Unpad).

Selama aktif di “Hijau-Hitam”, Ferry pernah mengemban amanah sebagai Ketua Umum Badan Koordinasi (Badko) Jawa Barat (1988-1990) dan Ketua Umum Pengurus Besar (PB) HMI (1990-1992).

Suami mantan Koordinator Presidium MN Forum Alumni HMI-Wati (FORHATI), Hanifah Husein, ini kemudian aktif di dunia politik. Ferry tercatat pernah menjadi kader Golkar (1992-2011) dan NasDem (2011-2018).

Selain itu, menjadi anggota DPR sejak 1997-2009 Pada 2014-2016, dipercaya Presiden Joko Widodo (Jokowi) sebagai Menteri Agraria dan Tata Ruang (ATR).

Artikel Innalillahi, Kakanda Ferry Mursyidan Baldan Meninggal Dunia pertama kali tampil pada KAHMI Nasional.

]]>
9151
Perginya Sang Kekasih https://www.kahminasional.com/read/2022/06/10/8847/perginya-sang-kekasih/ Fri, 10 Jun 2022 07:54:13 +0000 https://www.kahminasional.com/?p=8847 Oleh Fathorrahman Fadli, Dosen Universitas Pamulang dan Direktur Keuangan PT Insan Cita Mandiri Sejahtera (K-Pay) Malam itu, saya datang sebelum jenazah datang. Saya bersama tetangga duduk-duduk sekadarnya di kursi yang disediakan tetangga. Rumah Kiai Ochen, demikian saya memanggil​​nya, malam itu masih gelap karena sejak istrinya sakit. Seluruh keluarga itu lebih banyak di rumah sakit. Namun, […]

Artikel Perginya Sang Kekasih pertama kali tampil pada KAHMI Nasional.

]]>
Oleh Fathorrahman Fadli, Dosen Universitas Pamulang dan Direktur Keuangan PT Insan Cita Mandiri Sejahtera (K-Pay)

Malam itu, saya datang sebelum jenazah datang. Saya bersama tetangga duduk-duduk sekadarnya di kursi yang disediakan tetangga. Rumah Kiai Ochen, demikian saya memanggil​​nya, malam itu masih gelap karena sejak istrinya sakit. Seluruh keluarga itu lebih banyak di rumah sakit. Namun, lampu kamar rumah masih tetap menyala sebagai penerang bahwa rumah itu berpenghuni.

Sebenarnya, malam itu saya sudah capai sekali karena habis pulang dari Bandung. Namun, Selasa malam itu, saya baca WhatsApp dari Kiai Ochen bahwa istrinya sudah tiada. Di atas travel Citi Trans, rasa capai saya hilang.

Sesampai di pool BSD, saya ambil sepeda motor dan langsung pacu pulang. Sesampai di rumah, saya ketuk pintu dan bunda pun muncul. “Bun, istri Bang Ochen meninggal. Saya besok mengajar jam pertama hingga siang hari, jadi saya lebih baik malam ini ke sana,” jelasku. Bunda pun oke. “Hati-hati, Ayah. Jangan ngebut, kan, baru pulang,” pesannya.

Greng… greng… motor kupacu lagi menuju Ciputat. Saya berusaha mengikuti map, tetapi tiba-tiba HP-ku lowbatt. Padahal, alamat Kiai Ochen tersimpan di dalam HP. Tak habis akalku, saya menepi di warung Madura. “Numpang nge-charge HP, ya, Cong,” pintaku pada penjaga. Begitu di-charge dua menit, ternyata baterai masih 60%. “Wah, sontoloyo!” pikirku. HP-ku ini enggak sopan, saat genting malah nakal. Akhirnya, saya minta kertas ke tukang warung untuk menulis alamat rumah Kiai Ochen dengan jelas. Tukang warung Madura tak mungkin punya kertas, akhirnya alamat tersebut saya tulis pada sobekan kertas kardus bekas kue makanan anak-anak. Kutulis dengan mantap hati, Jalan Daha 19 Cirendeu, Pisangan, Ciputat.

Saya agak sedikit berputar untuk menuju rumah duka itu. Waktu sudah semakin larut. Namun, semangat untuk berjumpa Kiai Ochen pada saat duka itu sangatlah tinggi. Kiai Ochen adalah kawan diskusi yang ciamik di berbagai grup, tetapi yang terasa paling intelektual adalah saat kami berdiskusi dan berdebat di WAG Kahmipro_politik.

Tanya sana-sini, akhirnya sampai juga. Rumah Kiai Ochen tampak berdiri kokoh di samping Masjid As Salam. Masjid itu tampaknya ramai aktivitasnya. Ramadan lalu, Kiai Ochen sempat memberi tahu bahwa dirinya sedang memberi “kultum” malam itu. Rasanya doi juga jadi aktivis masjid. Ramai juga pengurus masjid yang ikut datang malam itu. Mereka sibuk menyiapkan kedatangan jenazah. Namun, tetangga tak bisa masuk rumah karena tak ada keluarga yang datang.

Untuk membunuh waktu dan mengusir dinginnya malam, saya cabut satu batang rokok merek RESTU, asli produk dari kampung. Rasanya nikmat satu tingkat di atas Dji Sam Soe. Harganya pun sungguh pro kaum proletar, cuma Rp12.000. RESTU itu kuisap pelan-pelan seraya membunuh duka di hatiku.

Baru sepertiga batang, tiba-tiba ada mobil sedan hitam merayap pelan mencari parkiran. Ternyata dia adalah sahabat dan rekan kerja Kiai Ochen, Velix Wanggai, putra Papua yang lembut nan pintar. Dia dan satu-dua orang masuk rumah dan bergegas mempersiapkan jenazah datang. Kami cari-cari tempat sebagai alas jenazah disemayamkan. Akhirnya, kami putuskan untuk menggiring kasur kamar depan bawah untuk alas jenazah. Para tetangga sibuk mencari kain batik penutup aurat sang mayat.

Beberapa saat kemudian, ambulans datang tanpa bunyi-bunyian. Tenang dan tiba-tiba sudah tiba di depan rumah. Tak tampak wajah Kiai Ochen. Rasanya dia bawa mobil sendiri, terpisah dari ambulans. Beberapa menit kemudian, dia datang dengan wajah tenang, tetapi tubuh yang sedikit lemas. Aku pun memeluknya seraya membisikkan, “Sabar, ya”. Tubuhnya yang besar ternyata sangat empuk. Padahal, bayanganku, dia berbadan keras sekali. Malam itu, tubuhnya lembek. Mungkin karena berhari-hari tidak tidur atau kekurangan tidur.

Dua anaknya, Tita dan Javi, terlihat juga tenang dan ikhlas. Setelah mayat rapi dan saya bersama tetangga membacakan Yasin dan tahlil ala NU, saya bergeser bergabung dengan Luthfi Pattimura, seorang jurnalis dan Pemimpin Redaksi Majalah Forum Keadilan. Rupanya, Bang Lutfi adalah senior HMI juga. Beliau kayaknya asal Maluku dan besar di Ternate. Dia sudah seperti kakak beradik bagi Bang Ochen. Dekat sekali hubungan mereka. Keduanya mengaku saling curhat soal kehidupan masing-masing.

“Ochen, kita pergi dari kampung ke Jakarta, jelas bukan sekadar cari makan, tapi ada sesuatu yang mesti kita perjuangkan untuk kebaikan negeri ini,” jelasnya malam itu.

“Apa pun alasannya, sepeninggal istrimu, engkau akan kembali berubah banyak, sama sekali berbeda dengan ketika istrimu masih ada. Berbeda Ochen!” demikian cucu Pattimura itu menasihati sang Kiai.

Kepada saya, Kiai Ochen juga bercerita perihal nasihat anak-anaknya. “Ayah jangan terlalu bersedih hati, ya. Itu semua sudah diatur oleh Allah,” pinta anaknya.

Kiai Ochen lalu berucap pada saya, “Pada anak-anak, saya bilang, ‘Iya, Ayah tahu dan mengerti, tapi ibumu itu bukan lagi hanya seorang istri, tapi juga seorang adik, sahabat, orang yang disayang. Jadi, wajarlah kalau Ayah merasa kehilangan,'” ujarnya malam itu.

Sebagai suami, dia sudah berusaha memberikan pelayanan terbaik untuk istrinya. Kepada dokter-dokter yang merawatnya, doi selalu bilang, “Saya ini awam dalam bidang kedokteran, silakan Anda ambil jalan yang terbaik untuk kesembuhan istri saya. Silakan,” pintanya kepada dokter. Namun, ajal tak bisa tergantikan. Kanker yang diderita istrinya sudah pada stadium yang mematikan. Allah kemudian memanggilnya dengan jiwa yang tenang.

Semoga almarhumah, Mbak Hj. Uus Kudsiah (yang sempat menyaksikan tulisan saya berjudul “Jika Engkau Masih Menyimpan Penyakit Hati, Segeralah Perbaiki Kualitas Sujud-sujudmu Itu” dan masih terpampang di Ruang Profesor Bahtiar Effendi di FISIP UIN Ciputat) mendapatkan tempat yang mulia di sisi Allah. Amin.

Artikel Perginya Sang Kekasih pertama kali tampil pada KAHMI Nasional.

]]>
8847
Di Pojokan Karangmalang https://www.kahminasional.com/read/2022/05/31/8816/di-pojokan-karangmalang/ Tue, 31 May 2022 09:16:48 +0000 https://www.kahminasional.com/?p=8816 Oleh Ahmad Sabiq, Dosen Ilmu Politik FISIP Unsoed Purwokerto Sekira 25 tahun lampau, saya sering bertandang ke tempat indekos seorang teman yang lokasinya di Karangmalang. Meskipun perkampungan ini berada di sekitar IKIP Yogyakarta, banyak anak-anak UGM yang indekos di sini. Sebab, tempatnya tidak terlalu jauh dari fakultas-fakultas sosio-humaniora yang bisa dijangkau dengan berjalan kaki melewati […]

Artikel Di Pojokan Karangmalang pertama kali tampil pada KAHMI Nasional.

]]>
Oleh Ahmad Sabiq, Dosen Ilmu Politik FISIP Unsoed Purwokerto

Sekira 25 tahun lampau, saya sering bertandang ke tempat indekos seorang teman yang lokasinya di Karangmalang. Meskipun perkampungan ini berada di sekitar IKIP Yogyakarta, banyak anak-anak UGM yang indekos di sini. Sebab, tempatnya tidak terlalu jauh dari fakultas-fakultas sosio-humaniora yang bisa dijangkau dengan berjalan kaki melewati sebuah kawasan yang dikenal dengan Lembah UGM. Indekos teman saya itu tepat di pojokan Karangmalang, sebelum jalan turun menuju lembah.

Suatu malam, saat kami duduk santai di teras indekos, terdengar dengan jelas suara dari megafon masjid kampung yang tak jauh jaraknya, hanya di seberang jalan indekos teman tersebut. Saya yang semula tak terlalu hirau dengan suara itu, lama-kelamaan menjadi serius dan terpukau. Sebab, suara itu adalah suara ceramah yang disampaikan secara runtut dan menarik dengan isi yang sangat segar dan bernas.

Penceramah tersebut pada intinya menyampaikan, agar dalam berislam kita jangan hanya berhenti pada sekadar mencontoh bagaimana cara makan dan minum serta berpakaian ala Rasulullah. Kita juga harus mampu menangkap pesan-pesan substantif Rasulullah dan berusaha membumikannya untuk menjawab permasalahan-permasalahan kemanusiaan yang nyata.

Dalam hati saya bertanya, “Siapa gerangan penceramah di masjid kampung ini?” Karena penasaran, saya mengikuti ceramah itu sampai selesai. Ingin tahu betul nama penceramah itu. Syukurlah di akhir acara, sebelum pembawa acara menutup kegiatan, ia sempat menyampaikan ucapan terima kasih dengan menyebut nama sang penceramah. Ternyata, namanya adalah Syafii Maarif, sebuah nama yang cukup akrab di telinga saya karena pemikirannya sering dikutip oleh senior-senior di HMI. Selain itu, ia termasuk dalam kalangan alumnus HMI yang dibanggakan, apalagi kiprahnya sebagai aktivis sampai menjadi pengurus besar.

Secara langsung, saya belum pernah berkomunikasi dengan Pak Syafii. Saat itu, ia belum dipanggil dengan sebutan buya. Namun, saya mengikuti ceramah-ceramah dan gagasan-gagasan yang ditulisnya. Salah satu keresahannya adalah situasi kejumudan berpikir yang menghinggapi umat yang diistilahkannya sebagai “kemacetan religius intelektual”. Kemacetan itu, dalam pandangannya, sudah parah di mana umat secara pemikiran belum terbebas dari mentalitas religius abad tengah. Untuk meretas kemacetan itu diperlukan upaya sungguh-sungguh dan tidak parsial dalam memahami Al-Qur’an. Prinsip-prinsip moral dan etik Al-Qur’an mestilah dipelajari sebagai satu kesatuan yang padu dan sistematis untuk menjawab tantangan-tantangan kemanusiaan pada abad kekinian dan dalam konteks memenuhi kebutuhan keindonesiaan kontemporer, dituntut adanya bingkai kerja intelektual yang kokoh.

Saya juga mengikuti aktivitas-aktivitasnya. Ia diakui secara luas sebagai tokoh yang berani dan penuh integritas. Satu kejadian yang sangat berkesan dalam hati saya adalah sikap tegasnya pada tahun 2003. Tampaknya dari kalangan tokoh agama saat itu hanya Buya Syafii yang berani menolak penggelaran operasi militer di Aceh. Ini saya dengar secara langsung pada suatu diskusi publik di Taman Ismail Marzuki, yang selain menghadirkan Buya Syafii, juga Menko Kesra, Jusuf Kalla. Menurut Buya, jalan damai harus menjadi langkah prioritas.

Kecintaannya kepada kerja-kerja intelektual antara lain terlihat dari keinginannya untuk memajukan salah satu organisasi penting Muhammadiyah. Majalah Suara Muhammadiyah, salah satu majalah tertua di republik ini. Ada kisah lucu terkait ini yang saya dapatkan dari Pak Amien Rais ketika mengisi sebuah kajian yang diselenggarakan JMF (Jamaah Musolla Fisipol). Konon, majalah tertua tersebut sempat mengalami stagnasi dalam hal oplah. Buya Syafii kemudian mengajukan diri untuk membenahinya sambil berkelakar, “Jangan panggil saya Syafii kalau tidak berhasil menaikkan oplah Suara Muhammadiyah“. Sayangnya, oplah pada masa itu memang sulit dinaikkan sehingga apa yang ia inginkan belum berhasil diwujudkan. Karenanya, untuk menyemangati Buya, Pak Amien dan teman-teman seperjuangannya mengguyoninya dengan tidak lagi memanggilnya Syafii, tetapi dipanggil dengan nama Maarif.

Buya adalah sosok cendekiawan yang sepenuh hidupnya diabdikan bagi umat dan bangsa. Kemarin, saat ia berpulang, seorang wartawan meminta pendapat saya tentang almarhum. Saya sampaikan, bahwa Buya telah mengajarkan kepada kita bagaimana keislaman dan keindonesiaan diwujudkan dalam satu tarikan nafas. Komitmennya pada nilai-nilai substantif Islam, sebagaimana yang pernah saya dengarkan di pojokan Karangmalang, diwujudkannya dalam kepedulian dan keberpihakan pada mereka yang terzalimi, terdiskriminasi, dan terabaikan. Buya adalah sosok bersahaja, hidup sederhana, dan tidak menumpuk harta. Sebagai tokoh, ia bukan milik Muhammadiyah saja, tetapi milik segenap anak bangsa.

Selamat jalan, Buya. Allahu yarhamuka wayaghfiru laka wayarzuqukal jannata tajri min tahtihal anhar. Amin.

 

*dikutip dari https://www.ngabuburead.id/849/di-pojokan-karangmalang/

Artikel Di Pojokan Karangmalang pertama kali tampil pada KAHMI Nasional.

]]>
8816
Innalillahi, Tokoh Senior KAHMI Sulsel Isjaya Kaladen Berpulang https://www.kahminasional.com/read/2022/04/07/8339/innalillahi-tokoh-senior-kahmi-sulsel-isjaya-kaladen-berpulang/ Wed, 06 Apr 2022 20:12:47 +0000 https://www.kahminasional.com/?p=8339 Kahminasional.com, Makassar – Keluarga besar Majelis Wilayah Korps Alumni Himpunan Mahasiswa Islam Sulawesi Selatan (MW KAHMI Sulsel) dirundung duka. Salah satu tokoh senior KAHMI Sulsel, Isjaya Kaladen, meninggal dunia pada Selasa (5/4) malam. Kabar tersebut disampaikan Presidium KAHMI Sulsel, Muhammad Nasir. “Turut berdukacita dan doa. Insyaallah diterima amal baiknya dan diampuni dosa-dosanya,” ucapnya. Isjaya Kaladen […]

Artikel Innalillahi, Tokoh Senior KAHMI Sulsel Isjaya Kaladen Berpulang pertama kali tampil pada KAHMI Nasional.

]]>
Kahminasional.com, Makassar – Keluarga besar Majelis Wilayah Korps Alumni Himpunan Mahasiswa Islam Sulawesi Selatan (MW KAHMI Sulsel) dirundung duka.

Salah satu tokoh senior KAHMI Sulsel, Isjaya Kaladen, meninggal dunia pada Selasa (5/4) malam.

Kabar tersebut disampaikan Presidium KAHMI Sulsel, Muhammad Nasir.

“Turut berdukacita dan doa. Insyaallah diterima amal baiknya dan diampuni dosa-dosanya,” ucapnya.

Isjaya Kaladen meninggal dunia karena sakit di Rumah Sakit Grestelina, Kota Makassar, sekitar pukul 21.00 Wita.

Isjaya merupakan pemimpin yang baik saat menjadi Ketua HMI Cabang Ujung Pandang. Dia pun menjadi teladan bagi junior-juniornya.

“Di usia hidupnya masih sering berkolaborasi dan berbagai pengalaman dan pengetahuan kepada kader-kader HMI dan aktivis mahasiswa di luar HMI,” tuturnya.

Isjaya Kaladen meninggal dunia pada usia 69 tahun. Almarhum meninggalkan seorang istri dan dua orang anak.

Isjaya pernah menjadi anggota DPRD Sulsel dari dapil Luwu Raya. Selain itu, aktif di Aliansi Masyarakat Adat Nusantara (AMAN).

Artikel Innalillahi, Tokoh Senior KAHMI Sulsel Isjaya Kaladen Berpulang pertama kali tampil pada KAHMI Nasional.

]]>
8339
Viva Yoga Syok dengan Meninggalnya Ichsan Firdaus https://www.kahminasional.com/read/2022/03/27/8119/viva-yoga-syok-dengan-meninggalnya-ichsan-firdaus/ Sun, 27 Mar 2022 12:51:09 +0000 https://www.kahminasional.com/?p=8119 Kahminasional.com, Jakarta – Presidium Majelis Nasional Korps Alumni Himpunan Mahasiswa Islam (MN KAHMI), Viva Yoga Mauladi, turut berduka atas meninggalnya politikus Partai Golkar, Ichsan Firdaus. Ichsan Firdaus meninggal dunia karena serangan jantung di Yogyakarta, Minggu (27/3) dini hari. “Selamat jalan, Mas Ichsan Firdaus. Bertemu dengan Tuhanmu di dunia keabadian,” tulis Yoga melalui akun Instagram @vivayogamauladi. […]

Artikel Viva Yoga Syok dengan Meninggalnya Ichsan Firdaus pertama kali tampil pada KAHMI Nasional.

]]>
Kahminasional.com, Jakarta – Presidium Majelis Nasional Korps Alumni Himpunan Mahasiswa Islam (MN KAHMI), Viva Yoga Mauladi, turut berduka atas meninggalnya politikus Partai Golkar, Ichsan Firdaus.

Ichsan Firdaus meninggal dunia karena serangan jantung di Yogyakarta, Minggu (27/3) dini hari.

“Selamat jalan, Mas Ichsan Firdaus. Bertemu dengan Tuhanmu di dunia keabadian,” tulis Yoga melalui akun Instagram @vivayogamauladi.

Yoga mengaku kaget dengan kabar duka ini. Pangkalnya, sempat bertemu, berdiskusi, dan bercanda dengan Ichan pada Sabtu (26/3).

“Baru kemarin bertemu, berdiskusi, dan bercanda. Ternyata umur dan hidup manusia bukan milik manusia. Itu milik Tuhan,” tutur Wakil Ketua Umum DPP Partai Amanat Nasional (PAN) ini.

Meskipun demikian, Yogya berkeyakinan, peninggalan almarhum akan abadi di dunia.

“Jejakmu masih tertera di bumi. Untuk kebaikan dan memberi manfaat buat umat dan bangsa,” tandasnya.

Ichsan Firdaus adalah politikus yang duduk di DPR selama dua periode sejak 2014. Alumnus Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) ini berasal dari Daerah Pemilihan Jawa Barat (Dapil Jabar) V.

Sebelum berkarier di parlemen, Ichsan tercatat pernah aktif di SOKSI, Pengurus Besar (PB) HMI, Himpunan Mahasiswa Perikanan, Wira Karya Indonesia, dan Himpunan Alumni IPB.

Ichsan meninggalkan seorang istri dan satu anak.

 

Artikel Viva Yoga Syok dengan Meninggalnya Ichsan Firdaus pertama kali tampil pada KAHMI Nasional.

]]>
8119