in ,

Isu Terorisme Bikin Masyarakat Dharmasraya Bergidik, Terpaksa Ubah Penampilan

Sekretaris MD KAHMI Dharmasraya, Rifdal Fadli Gindo Bonsu. Dokumentasi pribadi
Sekretaris MD KAHMI Dharmasraya, Rifdal Fadli Gindo Bonsu. Dokumentasi pribadi

Kahminasional.com, Dharmasraya – Polri menyebut, ada sebanyak 1.125 anggota Negara Islam Indonesia (NII) di Sumatera Barat (Sumbar). Terbanyak di Kabupaten Dharmasraya dengan 883 orang.

Densus 88 Mabes Polri pun telah menangkap 16 terduga teroris di Sumbar, beberapa waktu lalu. Berdasarkan pengembangan, aparat lalu menangkap lima anggota NII di Kota Tangerang Selatan, Banten.

Sekretaris Majelis Daerah Korps Alumni Himpunan Mahasiswa Islam (MD KAHMI) Dharmasraya, Rifdal Fadli Gindo Bonsu, pun angkat bicara tentang hal ini. Pangkalnya, telah menjadi buah bibir masyarakat.

“Masyarakat menjadi bertanya-tanya, dari mana daftar 883 nama tersebut diperoleh? Jujur, masyarakat mengalami ketakutan,” ungkapnya dalam keterangan tertulis, Jumat (23/4).

Kecemasan publik mencuat secara spontan lantaran isu itu berhembus secara tiba-tiba. “Bicara ketakutan, jelas, ini mendadak!” tegasnya.

Baca Juga :  Pemindahan IKN, Biaya Pembangunan Harus Jadi Atensi Pemerintah

“Di tengah masyarakat sebelum ini tidak ada isu yang berkembang maupun kegelisaan. Ini, kan, bikin kaget. Langsung ada penangkapan oleh Densus 88,” sambungnya.

Apalagi, tambah Rifdal, salah satu bukti yang dimunculkan dalam mengekspose kasus terorisme di Sumbar adalah golok, perkakas yang dimiliki nyaris di setiap rumah penduduk.

“Kalau ini memang barang bukti, setiap kita juga memiliki. Itu, kan, golok merupakan kebutuhan di rumah tangga. Ya, kan?” ujarnya.

Lantaran hal-hal umum dijadikan sebagai ciri-ciri teroris, masyarakat Dharmasraya pun mengubah penampilannya. Fisik ataupun fesyennya.

“Biasanya berjengot, sekarang jengotnya dia cukur. Biasa berpakaian khas Arab, sekarang sudah berubah penampilan,” bebernya.

“Beliau (orang yang saya temui) mengatakan, ‘Saya takut nanti tiba-tiba saya ditangkap karena melihat penampilan’. Kita lihat tidak bisa melakukan pembelaan, langsung diangkut sampai tidak bisa koordinasi dan komunikasi. Semacam teror baru, bukan?” tuturnya.

Baca Juga :  KAHMI Sumut Minta MUI Waspada Disusupi Terorisme

Rifdal pun mendorong aparat, khususnya Densus 88 memberikan edukasi kepada masyarakat agar kekhawatiran ini mereda.

“Beri penjelasan detail bahwa NII itu tidak mesti harus identik dengan pakaian khas Arab, berjenggot, dan lain-lain,” katanya.

“Jika masyarakat tidak terkait dengan jaringan NII, tidak perlu takut, tidak perlu mengubah penampilan. Saya menunggu statement seperti ini dari pihak berwenang,” tandasnya.

Sumber :

Fatah S

Berkarier di industri media sejak 2010 dan menjadi penulis buku.