Ramadan dan Idulfitri Arsip - KAHMI Nasional https://www.kahminasional.com Korps Alumni Himpunan Mahasiswa Islam Wed, 27 Mar 2024 09:49:22 +0000 id hourly 1 https://wordpress.org/?v=6.4.3 https://www.kahminasional.com/assets/img/2021/11/favicon-kahmi-nasional-48x48.png Ramadan dan Idulfitri Arsip - KAHMI Nasional https://www.kahminasional.com 32 32 202918519 Alumni HMI Yogyakarta gelar bukber di Jakarta, tradisi sejak ’90-an https://www.kahminasional.com/alumni-hmi-yogyakarta-gelar-bukber-di-jakarta-tradisi-sejak-90-an/ Wed, 27 Mar 2024 09:49:22 +0000 https://www.kahminasional.com/?p=9550 Jakarta, KAHMINasional.com – Keluarga besar alumni Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Yogyakarta, baik Cabang Yogya maupun Cabang Bulaksumur, menggelar buka bersama (bukber) di Gedung Serbaguna Kompleks DPR, Kalibata, Jakarta, pada Selasa (26/3). Senior alumni HMI Yogyakarta, Baharuddin Aritonang, mengungkapkan, kegiatan ini rutin digelar sejak awal ’90-an. Tujuannya, mempererat silaturahmi antaralumni dan kader di Jakarta dan sekitarnya. […]

Artikel Alumni HMI Yogyakarta gelar bukber di Jakarta, tradisi sejak ’90-an pertama kali tampil pada KAHMI Nasional.

]]>
Jakarta, KAHMINasional.com – Keluarga besar alumni Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Yogyakarta, baik Cabang Yogya maupun Cabang Bulaksumur, menggelar buka bersama (bukber) di Gedung Serbaguna Kompleks DPR, Kalibata, Jakarta, pada Selasa (26/3).

Senior alumni HMI Yogyakarta, Baharuddin Aritonang, mengungkapkan, kegiatan ini rutin digelar sejak awal ’90-an. Tujuannya, mempererat silaturahmi antaralumni dan kader di Jakarta dan sekitarnya.

Saat itu, bukber diinisiasi para senior, seperti almarhum Beddu Amang, Dawam Raharjo, Djohan Effendi, dan Mahadi Sinambela. Tradisi tersebut berlanjut hingga kini, yang dilanjutkan alumni generasi ’90-an.

“Hasilnya, membentuk yayasan dan mendirikan Gedung Amal Insani di Yogya,” ucap Baharuddin dalam sambutannya. Alumni HMI Yogyakarta berasal dari UGM, IAIN Sunan Kalijaga, IKIP Yogya, dan UII.

Eks anggota Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) ini melanjutkan, Yayasan Amal Insani memiliki berbagai program. Salah satunya adalah pemberian beasiswa kepada kader HMI Cabang Yogyakarta maupun Bulaksumur yang masih aktif.

“Perkaderan harus terus jalan agar terus lahir pemimpin nasional dari Yogya,” jelasnya. Sudah ratusan orang yang menerima manfaat Yayasan Amal Insani.

Di sisi lain, ada tiga jebolan HMI Yogyakarta yang kini menjadi presidium Majelis Nasional Korps Alumni HMI (MN KAHMI). Yakni, Ahmad Yohan, Zulfikar Arse, dan Muhammad Rifqinizamy Karsayuda.

Adapun kegiatan bukber tersebut turut dihadiri eks Dubes dan Ketua Komisi I DPR, Ibrahim Ambong; mantan Direksi Pertamina, Maher Zaini; anggota DPR. Ahmad Yohan dan Zulfikar Arse; Direktur BPJS Ketenagakerjaan, M. Irsyadi; Tenaga Ahli KSP, Sigit Pamungkas; Sekretaris Utama BPKH, Ahmad Zaky; anggota KPUD, Agus Hilman; Kabag KPU, Arif Maruf; dan ratusan alumni muda HMI Yogyakarta di Jakarta.

Artikel Alumni HMI Yogyakarta gelar bukber di Jakarta, tradisi sejak ’90-an pertama kali tampil pada KAHMI Nasional.

]]>
9550
Cerita Faiz Arsyad, 3 tahun jalani Ramadan di “Negeri Beruang Merah” https://www.kahminasional.com/cerita-faiz-arsyad-3-tahun-jalani-ramadan-di-negeri-beruang-merah/ Tue, 26 Mar 2024 11:37:54 +0000 https://www.kahminasional.com/?p=9543 Moskow, KAHMINasional.com – Ramadan merupakan momentum spesial karena hanya berlangsung sebulan penuh dalam setahun. Apalagi, jika dijalani di negeri orang. Seperti itulah pengalaman mahasiswa Indonesia yang sedang berkuliah di Rusia, Faiz Arsyad. Ramadan sekarang adalah tahun ketiga bagi mahasiswa pascasarjana Higher School of Economics (HSE) University itu. Ia mengungkapkan, tidak mudah untuk menjalani puasa di […]

Artikel Cerita Faiz Arsyad, 3 tahun jalani Ramadan di “Negeri Beruang Merah” pertama kali tampil pada KAHMI Nasional.

]]>
Moskow, KAHMINasional.com – Ramadan merupakan momentum spesial karena hanya berlangsung sebulan penuh dalam setahun. Apalagi, jika dijalani di negeri orang. Seperti itulah pengalaman mahasiswa Indonesia yang sedang berkuliah di Rusia, Faiz Arsyad.

Ramadan sekarang adalah tahun ketiga bagi mahasiswa pascasarjana Higher School of Economics (HSE) University itu. Ia mengungkapkan, tidak mudah untuk menjalani puasa di “Negeri Beruang Merah” sekalipun telah berupaya beradaptasi.

“Walaupun sudah beradaptasi, namun tantangan dalam menjalankan ibadah puasa Ramadan di Rusia tetap ada, seperti durasinya yang lebih lama. Namun, jika dibandingkan dengan tahun lalu, puasa Ramadan tahun ini lebih cepat meskipun sama-sama di musim semi,” katanya. Lamanya waktu berpuasa di Rusia sekitar 14-15 jam.

Selain itu, lanjut Faiz, banyak masyarakat nonmuslim yang tidak tidak sadar bahwa sekarang adalah Ramadan sehingga tidak ada perayaan khusus. “Bahkan, terkadang saya juga masih memiliki kuliah ketika waktu berbuka puasa dan ketika tiba di kampus, banyak mahasiswa yang makan dan minum di berbagai sudut, terutama di kantin.”

Wasekjen Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI) ini pun rindu dengan suasana Ramadan di Tanah Air karena bisa menjalaninya bersama keluarga dan teman terdekat. Pun demikian dengan suasananya, baik makanan, suara azan, dan rutinitas lainnya.

Kendati begitu, mahasiswa kelahiran Bandung, 7 Maret 1998, tersebut tetap mencoba menikmati Ramadan di Eropa Timur. “Bagi saya, hal ini juga menjadi pengalaman berharga yang tidak terlupakan dan belum tentu akan terulang kembali di kemudian hari,” jelasnya.

Faiz pun memiliki strategi khusus untuk menghidupkan suasana Ramadan di Rusia, yakni berkumpul bersama diaspora Indonesia di sana. Lalu, memasak makanan khas Indonesia, seperti rendang, bakwa, bakso, dan soto.

“Kadang, kami juga membuat makanan khas Rusia, seperti plov, pelmeni, borscht, dan blini. Makanan tersebut kami santap saat berbuka puasa dan setelahnya, kami bercengkrama sehingga kami tidak kehilangan suasana Ramadan,” bebernya.

Di sisi lain, Faiz menerangkan, perang antara Rusia dan Ukraina yang masih berlangsung hingga kini tidak mengganggu aktivitas perkuliahan dan pekerjaan. Utamanya di Moskow.

“Aktivitas perkuliahan dan pekerjaan masih normal. Saya juga tetap bersyukur karena masih diberikan kesehatan dan keselamatan untuk menjalankan ibadah puasa Ramadan,” ucap Ketua Diaspora Muda Jawa Barat itu.

“Semoga Ramadan tahun ini menjadi momentum kita semua untuk tetap bersyukur, ikhlas, dan terus mengabdi untuk kemajuan negara tercinta,” imbuh Faiz.

Artikel Cerita Faiz Arsyad, 3 tahun jalani Ramadan di “Negeri Beruang Merah” pertama kali tampil pada KAHMI Nasional.

]]>
9543
Ramadan sebagai bulan transformasi (4) https://www.kahminasional.com/ramadan-sebagai-bulan-transformasi-4/ Mon, 25 Mar 2024 20:15:30 +0000 https://www.kahminasional.com/?p=9539 Oleh Shamsi Ali, Direktur Jamaica Muslim Center New York Umat Islam meyakini bahwa Islam adalah agama yang mencakup segala aspek dan lini kehidupan manusia. Menyentuh kehidupan material-fisika, batin-rohaniah, hingga ke pemikiran dan intelektualitas. Islam juga mencakup kehidupan individual (fardi) dan kolektif (jama’ai). Intinya, Islam adalah agama yang syamil, kaamil, dan mutakaamil (sempurna, lengkap dan saling […]

Artikel Ramadan sebagai bulan transformasi (4) pertama kali tampil pada KAHMI Nasional.

]]>
Oleh Shamsi Ali, Direktur Jamaica Muslim Center New York

Umat Islam meyakini bahwa Islam adalah agama yang mencakup segala aspek dan lini kehidupan manusia. Menyentuh kehidupan material-fisika, batin-rohaniah, hingga ke pemikiran dan intelektualitas. Islam juga mencakup kehidupan individual (fardi) dan kolektif (jama’ai). Intinya, Islam adalah agama yang syamil, kaamil, dan mutakaamil (sempurna, lengkap dan saling melengkapi), sebagaimana sering diekspresikan oleh para ulama kita.

Kelima, transformasi akliah. Salah satu hal penting yang menjadi perhatian Islam adalah aspek akliah (pemikiran, intelektuliatas, dan keilmuan) manusia. Bahkan, sesungguhnya sisi ini, dalam ajaran Islam, menjadi fondasi bagi semua segmen kehidupan. Keimanan (keyakinan) pun, dalam pandangan Islam, mutlak terbangun di atas keilmuan yang benar. Hanya dengan keilmuan yang benar, akidah dan implementasinya dalam ubudiah dan muamalat akan benar dan diterima di sisi Allah Swt.

Di awal seri tulisan ini ditekankan bahwa akliah menjadi fondasi terjadinya transformasi dalam segala aspek kehidupan manusia karena sesungguhnya esensi terpenting dari akliah adalah mindset (cara pandang) kemanusiaan kita. Cara pandang yang benar akan terjadi upaya perubahan mendasar ke arah kehidupan yang benar pula. Hitam putihnya arah hidup (life orientation) pada umumnya diwarnai cara pandang seseorang.

Dalam perspektif Islam, sesungguhnya hal ini begitu sesuatu yang baru. Rasulullah saw sendiri memulai tugas mulia kerisalahan (kerasulan) dengan perintah membaca (iqra). Iqra di sini bukan sekadar membaca huruf-huruf Al-Qur’an, melainkan “buka pikiranmu, perluas wawasanmu, jauhkan pandanganmu, dan perdalam pemahamanmu”.

Dalam dunia keilmuan, sebenarnya iqra menjadi fondasinya. Membaca adalah langkah pertama dari perjalanan panjang keilmuan. Maka, segalanya bermula dari bacaan, yang dalam bahasa Al-Qur’an, memakai beberapa bentuk terminologi. Selain iqra, juga memakai kata tilawah (utlu maa uhiya ilaika min Kitaabi Rabbik). Kedua kata itu memiliki makna “membaca” dengan konotasi yang berbeda.

Semua konotasi bacaan, baik qira’ah maupun tilawah, ini menjadi hal penting untuk ditransformasikan pada bulan Ramadan. Dari membaca huruf-huruf Al-Qur’an, buku-buku, dan literasi, hingga pada pengembangan keilmuan dan pemikiran yang sophisticated (canggih). Memang diakui umat Islam mengalami keterbelakangan yang sangat di semua tingkatan qira’ah dan tilawah itu.

Literasi umat Islam sangat rendah. Dunai Islam masih mengalami illiterasi yang sangat rendah. Indonesia sebagai negara Islam terbesar dunia, konon kabarnya tingkat pendidikannya masih sangat rendah. Rendahnya pendidikan itu menjadikan mindset masyarakat sangat pendek (sempit), yang berdampak dalam karakter dan pilihan-pilihan hidupnya. Itu tampak ketika pemilihan presiden (pilpres), misalnya, masyarakat lebih terbuai bantuan sosial (bansos) ketimbang ide-ide besar untuk perubahan yang lebih mendasar.

Secara umum, dalam dunia keilmuan dan pemikiran, dunia Islam jauh tertinggal. Kerap kali kebanggaan umat menjadi sekadar historical pride (kebanggan masa lalu): pernah di masa lalu umat ini mencapai puncak ketinggian dalam keilmuan dan peradaban. Kini, dengan segala ketidaksenangan umat kepada Amerika dan dunia Barat, diakui bahwa universitàs-universitas terbaik dunia maupun research (penelitian) dan inovasi tinggi masih ada di negara-negara itu.

Intinya, Ramadan merupakan momentum terbaik untuk melakukan perubahan mendasar dalam cara pandang, keilmuan, dan pemikiran yang akan berdampak pada karakter dan pilihan hidup kita. Di bulan inilah diturunkan Al-Qur’an sebagai “peta perjalanan hidup”, yang semuanya bermula dari iqra. Sehingga, bulan Ramadan memang harus menjadi bulan perenungan (reflection) dan perubahan yang mendasar menuju cara pandang, keilmuan, dan pemikiran yang lebih berkemajuan.

Umat akan mampu mengubah ragam cara pandang yang masih sering terkungkung oleh rigiditas hanya dengan transformasi akliah. Dengan transformasi akliah pula umat akan mampu bangkit dalam keilmuan dan pemikiran yang akan menjadi jalan berkembang suburnya inovasi dan karya.

Ilmu, inovasi, dan karya inilah yang disebut tsamaraat (buah-buah) keimanan sebagai terjemahan dari Islam yang rahmah bagi alam semesta. Semoga!

Artikel Ramadan sebagai bulan transformasi (4) pertama kali tampil pada KAHMI Nasional.

]]>
9539
Ramadan sebagai bulan transformasi (3) https://www.kahminasional.com/ramadan-sebagai-bulan-transformasi-3/ Sun, 17 Mar 2024 20:57:06 +0000 https://www.kahminasional.com/?p=9510 Oleh Shamsi Ali, Direktur Jamaica Muslim Center New York Semua amalan ritual yang ada di bulan Ramadan (puasa, tarawih, tilawah, ragam tasbih, dan zikir) harusnya mengantar pada situasi kehidupan sosial yang lebih baik. Perubahan itulah yang kita maksud dengan transformasi atau perubahan mendasar (foundational change). Tiga hal mendasar telah disampaikan terdahulu. Perubahan kualitas iman dari […]

Artikel Ramadan sebagai bulan transformasi (3) pertama kali tampil pada KAHMI Nasional.

]]>
Oleh Shamsi Ali, Direktur Jamaica Muslim Center New York

Semua amalan ritual yang ada di bulan Ramadan (puasa, tarawih, tilawah, ragam tasbih, dan zikir) harusnya mengantar pada situasi kehidupan sosial yang lebih baik. Perubahan itulah yang kita maksud dengan transformasi atau perubahan mendasar (foundational change).

Tiga hal mendasar telah disampaikan terdahulu. Perubahan kualitas iman dari iman yang bersifat pasif menjadi iman yang berkarakter aktif. Juga bahwa Ramadan hendaknya menjadi momentum terbaik untuk melakukan transformasi hati dan jiwa. Hati dan keadaan kejiwaan (mental state) inilah yang kemudian menentukan terjadinya transformasi yang ketiga, yaitu pentingnya membangun akhlak karimah atau perilaku yang baik (mulia).

Keempat, Ramadan harus menjadi bulan untuk merekatkan kembali hubungan kekeluargaan. Berbicara tentang keluarga, ini tentu yang paling esensial adalah unit keluarga terkecil. Biasanya di Amerika disebut dengan immediate family members. Jika di Amerika, mereka ini bisa disponsori izin tinggal, misalnya. Pasangan suami-isteri atau orang tua-anak, merekalah yang masuk ke dalam kategori ini.

Makna transformasi keluarga di bulan Ramadan adalah mencoba merajut kembali relasi kekeluargaan yang rentang tercabik-cabik karena banyak faktor. Salah satunya adalah kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek), khususnya di bidang telekomunikasi dan informasi.

Kita sadar bahwa kemajuan iptek tidak selamanya bersahabat dengan aspek kemanusiaan kita. Sebaliknya, boleh saja membawa pada hal-hal yang tidak dikehendaki (undesirable).

Kemajuan alat komunikasi, khususnya media sosial, benar-benar menjadikan dunia kita terdisrupsi (mengalami gangguan) secara mendasar. Tidak saja terlupakan, seringkali nilai-nilai kemanusiaan (human values) itu, yang seharusnya menjadi pegangan kehidupan manusia, tergantikan oleh inovasi keilmuan dan teknologi.

Salah satu nilai yang terabaikan dengan kemajuan alat komunikasi (means of telecommunications) adalah kerekatan relasi antaranggota keluarga. Di sini terjadi fenomena paradoks. Asumsinya, alat-alat komunikasi menjadikan komunikasi antarmanusia, khususnya keluarga, menjadi lebih dekat. Namun, yang terjadi justru sebaliknya: kerenggangan dan seringkali miskomunikasi antarmanusia, termasuk antaranggota keluarga.

Renggangnya komunikasi dan miskomunikasi yang terjadi ini menjadikan satu nilai mengecil bahkan terasa hilang. Nilai itu dikenal dalam agama dengan silaturrahim (hubungan rahim). Rahim yang dimaksudkan pada kata itu adalah karakter relasi yang penuh kasih sayang (rahmah). Dengan kemajuan iptek, khususnya di bidang telekomunikasi, menjadikan relasi antarmanusia, termasuk keluarga, kehilangan nilai rahmah.

Saya melihat bahwa cara komunikasi kita dalam dunia saat ini sangat berbeda bahkan sangat jauh dari nilai-nilai komunikasi masa lalu. Ambillah contoh bagaimana momen-momen koneksi kekeluargaan itu begitu kental di masa lalu melalui santapan makanan bersama: orang tua dan anak, suami-istri, bahkan keluarga jauh. Sesuatu yang sederhana, tetapi sangat bermakna dalam mengekspresikan relasi antaranggota keluarga.

Situasi itu kini telah minim bahkan tergantikan. Suami dan istri masing-masing sibuk dengan dirinya dan alat komunikasinya. Orang tua dan anak juga demikian. Masing-masing sangat tergantung pada alat komunikasi yang ada di tangannya. Akibatnya, tidak saja terjadi gap komunikasi, tetapi nilai relasi rahim menjadi minim dan gersang. Hubungan antaranggota keluarga pun semakin gersang dan renggang.

Di sinilah Ramadan hadir untuk memungkinkan terjadinya transformasi itu. Ambillah satu bentuk amalan yang dijadikan kembali sebagai tradisi: makan di satu meja bersama seluruh anggota keluarga di waktu sahur. Kemudian, dilanjutkan dengan salat Subuh berjamaah bersama di masjid atau di rumah jika masjid memang jauh. Tradisi ini akan dengan sendirinya merekatkan kembali relasi kekeluargaan.

Sekiranya waktu dan kesempatan itu ada, hendaknya di rumah-rumah keluarga muslim ada halakah keluarga selama Ramadan. Di halakah ini masing-masing anggota keluarga berkesempatan mengomunikasikan isi hati dan kepala. Di sini akan terjadi silatul fikr (menyambung ide dan pikiran) selain silaturahmi.

Sesungguhnya pembiasaan makan bersama dengan anggota keluarga akan membawa dampak positif untuk terbangunnya komunikasi positif bagi anggota keluarga, sesuatu yang telah terdisrupsi secara mendasar dengan kemajuan iptek selama ini. Sekali lagi, Ramadan menjadi momen yang tepat untuk mereparasi itu kembali. Semoga. (Bersambung)

Artikel Ramadan sebagai bulan transformasi (3) pertama kali tampil pada KAHMI Nasional.

]]>
9510
Ramadan sebagai bulan transformasi (2) https://www.kahminasional.com/ramadan-sebagai-bulan-transformasi-2/ Wed, 13 Mar 2024 19:41:49 +0000 https://www.kahminasional.com/?p=9490 Oleh Shamsi Ali, Direktur Jamaica Muslim Center New York Transformasi hati dan jiwa atau tazkiyah an-nafs (pembersihan jiwa) menjadi fondasi bagi terjadinya transformasi dalam kehidupan manusia, baik tataran personal (fardi), keluarga, maupun komunitas (umat). Tanpa hati dan jiwa yang bersih, semua sisi kehidupan menjadi buruk dan amburadul. Sekali lagi, itulah makna dari titah baginda Nabi. […]

Artikel Ramadan sebagai bulan transformasi (2) pertama kali tampil pada KAHMI Nasional.

]]>
Oleh Shamsi Ali, Direktur Jamaica Muslim Center New York

Transformasi hati dan jiwa atau tazkiyah an-nafs (pembersihan jiwa) menjadi fondasi bagi terjadinya transformasi dalam kehidupan manusia, baik tataran personal (fardi), keluarga, maupun komunitas (umat). Tanpa hati dan jiwa yang bersih, semua sisi kehidupan menjadi buruk dan amburadul.

Sekali lagi, itulah makna dari titah baginda Nabi. “Pada tubuh manusia ada segumpal darah yang jika baik, akan baik semua anggota tubuhnya. Namun, jika buruk, maka akan buruk semua anggota tubuhnya.”

Ketiga, urgensi menjadikan Ramadan sebagai bulan transformasi akhlak: setiap orang yang melakukan puasa tidak saja untuk tujuan ritual dengan perhitungan pahala, tetapi sekaligus melakukan “pelatihan” akhlak yang mulia.

Secara legal (fiqh), puasa seolah sekadar menahan makan, minum, dan hubungan suami istri. Namun, hakikatnya puasa adalah latihan, terutama menahan diri dari segala perilaku yang tidak sesuai etika. Etika itu esensinya ada pada hakikat. Karenanya, fikih tanpa akhlak adalah hambar, sebagaimana hukum tanpa etika hilang nilai (value).

Dengan menahan diri dari kesenangan dunia di siang hari, seseorang harusnya mampu mengingatkan diri bahwa di atas dari eksistensi fisik (material) ini ada nilai yang lebih tinggi. Hal ini akan mengingatkan pentingnya menjaga nilai itu. Kejujuran, ketawaduan, dan semua perilaku kebaikan (kindness) bagian dari nilai yang terangkum dalam tatanan akhlak manusia. Sebaliknya, keculasan, kecurangan, arogansi, ketamakan, dan kekikiran adalah nilai buruk yang melanggar tatanan perilaku mulia (akhlak karimah).

Sesungguhnya akhlak dalam tatanan ajaran agama (Islam) menjadi intisarinya (essence). Beragama tanpa akhlak bagaikan pohon yang tak berbuah (kasyajar bilaa tsamar). Akhlaklah yang menjadi cerminan dari nilai-nilai keimanan dan ubudiah. Dan karenanya, iman tanpa akhlak dipertanyakan, sebagaimana ibadah-ibadah ritual tanpa akhlak menjadi hampa.

Hadis-hadis Rasulullah saw banyak mengingatkan pentingnya nilai ibadah-ibadah teraplikasikan dalam bentuk perilaku yang baik. Puasa, misalnya, terancam hampa ketika seseorang menahan makan dan minum, tetapi tidak menjaga perkataan dan perbuatannya. Puasa yang seperti ini hanya akan menghasilkan lapar dan dahaga semata.

Sedemikian pentingnya akhlak karimah itu sehingga Rasulullah seolah menyimpulkan misi kerasulannya (dakwah) dengan “akhlak karimah“. Sebagaimana beliau tegaskan, “Sesungguhnya saya diutus untuk menyempurnakan kemuliaan akhlak“. Beliau bahkan menggariskan bahwa faktor terbesar seseorang masuk surga karena akhlak yang baik (husnul khuluq). Sebaliknya, seseorang yang buruk akhlak, walau ibadah ritualnya banyak, akan bangkrut dan akhirnya masuk neraka.” (hadis al-muflis).

Rasulullah saw sendiri, dengan segala ketinggian iman dan ibadah-ibadahnya, justru secara khusus terpuji dalam Al-Qur’an bukan dengan semua itu. Justru Allah memujinya karena kemuliaan akhlak beliau. “Sesungguhnya engkau memiliki akhlak yang tinggi (khuluqin ‘adzim).”

Akhlak karimah atau karakter mulia ini menjadi titik sentra (pusat) ketauladan baginda Rasulullah yang wajib diteladani. “Sungguh bagi kalian pada Rasulullah ada uswah hasanah (keteladanan yang baik).”

Sayangnya, umat Islam sering kali membatasi diri dalam meneladani Rasulullah pada aspek-aspek ubudiah semata. Salat, puasa, haji, dan ragam ritual menjadi perhatian besar. Namun, keteladanan karakter dan perilaku sosial Rasulullah terabaikan. Di masjid-masjid, salat berjemaah menjadi ramai, tetapi di samping-samping masjid banyak saudara-saudara yang kelaparan tanpa ada uluran tangan, hal yang sejatinya terancam sebagai “kedustaan dalam beragam” (al-ma’un).

Di bulan Ramadan, umat mampu menahan diri dari makan dan minum. Namun, lidah, mata, telinga, dan pikiran melanggar semua norma dan etika yang digariskan Islam. Umat Islam mampu menahan diri untuk tidak makan dan minum, tetapi jiwa dan pikiran masih dikuasai oleh kerakusan duniawi. Termasuk kerakusan pada kekuasaan melalui berbagai pengangkangan peraturan dan etika.

Semoga di bulan Ramadan ini kita mampu melakukan pembenahan akhlak dan karakter ke arah yang lebih baik. Amin. (Bersambung)

Artikel Ramadan sebagai bulan transformasi (2) pertama kali tampil pada KAHMI Nasional.

]]>
9490
Ramadan sebagai bulan transformasi (1) https://www.kahminasional.com/ramadan-sebagai-bulan-transformasi-1/ Wed, 13 Mar 2024 14:57:03 +0000 https://www.kahminasional.com/?p=9487 Oleh Shamsi Ali, Direktur Jamaica Muslim Center New York Umumnya ketika kita bersentuhan dengan Ramadan, maka yang terbetik pertama kali dan jelas di kepala adalah puasa dan ragam amalan lainnya. Yang teringat adalah puasa di siang hari dengan meninggalkan makan minum, hubungan suami istri, dan banyak kesenangan dunia lainnya. Juga teringat tarawih di malam hari […]

Artikel Ramadan sebagai bulan transformasi (1) pertama kali tampil pada KAHMI Nasional.

]]>
Oleh Shamsi Ali, Direktur Jamaica Muslim Center New York

Umumnya ketika kita bersentuhan dengan Ramadan, maka yang terbetik pertama kali dan jelas di kepala adalah puasa dan ragam amalan lainnya. Yang teringat adalah puasa di siang hari dengan meninggalkan makan minum, hubungan suami istri, dan banyak kesenangan dunia lainnya. Juga teringat tarawih di malam hari serta ragam ibadah lainnya, termasuk tilawah Al-Qur’an, dzikrullah, dan seterusnya.

Sangat sedikit di antara kita yang menyadari bahwa di samping signifikansi Ramadan dengan berbagai amalan ritual itu, Ramadan juga menjadi bulan yang sangat penting bagi terjadinya transformasi kehidupan manusia. Mungkin tidak berlebihan jika saya labeli bulan Ramadan sebagai bulan transformasi (month of transformation). Bulan yang sangat esensial bagi umat manusia untuk melakukan perubahan mendasar (foundational change) dari suatu keadaan kurang baik ke kedaan yang lebih baik bahkan terbaik.

Berbicara tentang transformasi atau perubahan mendasar juga berbicara tentang sesuatu yang memang menjadi tuntutan dasar kehidupan. Alam semesta, termasuk manusia di dalamnya, secara alami dan secara konstan mengalami perubahan. Tidak ada yang statis kecuali pencipta (Khalik). Sebaliknya, semua ciptaan (makhluk) secara alami pasti mengalami perubahan.

Dari sinilah jika saya menerjemahkan Ramadan sebagai bulan ketakwaan (syahru at-taqwa), maka saya terjemahkan sebagai bulan transformasi karena ketakwaan yang sesungguhnya adalah kemampuan melakukan perubahan dari suatu keadaan yang kurang/tidak baik menuju kepada keadaan yang baik dan lebih baik.

Dimulai dengan iqra’

Perubahan mendasar atau transformasi dalam segala lininya bermuara dari satu titik poin, yaitu cara pandang (mindset) yang tersimpulkan dalam kata iqra’, seperti yang disampaikan pertama kali kepada baginda Rasulullah saw. Dengan iqra’ inilah seseorang akan memperluas wawasan atau cara pandang untuk memudahkan terjadinya transformasi dalam segala lini kehidupannya.

Pada Ramadan kali ini ada lima transformasi penting yang kita harapkan terjadi dalam kehidupan kita sebagai manusia, baik tataran personal maupun kehidupan atau kolektif (jama’i).

Pertama, urgensi menjadikan Ramadan sebagai bulan transformasi iman. Transformasi iman yang kita maksudkan di sini adalah bahwa melalui bulan Ramadan, kita melakukan tajdid imani (pembaruan iman): dari iman yang mungkin berkarakter pasif ke berkarakter aktif.

Keimanan yang berkarakter pasif itu seringkali karena memang keimanan yang taken for granted. Keimanan seperti ini pada umumnya adalah keimanan dihasilkan melalui kelahiran (birth) dan/atau lingkungan. Kita merasa beriman karena terlahir dari orang tua beragama Islam atau karena kebetulan hidup di komunitas muslim.

Keimanan pasif ini tidak membawa ke mana-mana. Mungkin itulah yang selama ini terlabelkan dengan “Islam KTP”. Iya, mukmin, tetapi hati/jiwa dan karakter/amalnya jauh dari nilai dan ajaran Islam dan keimanan.

Di sinilah pentingnya melakukan transformasi imani. Salah satu bentuk keimanan digambarkan dalam QS. Ibrahim: 24. “Tidakkah kamu perhatikan bagaimana Allah memberikan contoh kalimat yang baik bagaikan pohon yang baik. Akarnya kuat dan rantingnya tinggi ke atas langit, memberikan buah-buahnya setiap saat dengan izin Tuhannya“.

Kedua, urgensi menjadikan Ramadan sebagai bulan transformasi hati dan kejiwaan. Transformasi yang maksudkan di sini adalah pentingnya kembali melakukan pembersihan hati (qalb) dan jiwa (nafs).

Jika kita telusuri berbagai ayat maupun hadis tentang kehidupan manusia, maka hati dan jiwa menjadi pusat kehidupan. Warna dan bentuk kehidupan manusia ditentukan oleh warna dan bentuk hati dan kejiwaan manusia. Ini yang tersimpulkan dalam hadis Rasulullah saw, “Sesungguhnya pada diri manusia ada segumpal darah: yang jika baik akan baik seluruh amalannya, tetapi jika rusak, maka rusaklah pula seluruh amalannya. Itulah hati.”

Kita mengenal bahwa hati itu adalah pusat nurani (cahaya batin) yang menjadi rujukan utama kehidupan. Hanya saja hati yang tidak terjaga akan terkontaminasi dengan berbagai kotoran kehidupan yang pada akhirnya terjangkiti penyakit bahkan tertutup. Ketika mengalami situasi sakit dan tertutup, maka hati yang awalnya mampu mengendalikan perilaku manusia ke arah ketakwaan, terambil alih oleh hawa nafsu yang buas. Hawa nafsu yang buas karena gagal terkendali oleh hati ini menghasilkan fujuur (kejahatan-kejahatan).

Di sinilah Ramadan memainkan peranan signifikan untuk membenahi dan membersihkan kembali hati dan jiwa manusia. Pembersihan hati atau jiwa yang lebih populer dalam bahasa Al-Qur’an dengan tazkiyah. Itulah sesungguhnya yang kita maksud dengan transformasi hati dan jiwa di bulan Ramadan karena sejatinya Ramadan memang adalah bulan tazkiyah melalui pengampunan. Dengan pengampunan itu hati semakin bersih, sehat, dan membawa dampak positif dalam kehidupan. (Bersambung)

Artikel Ramadan sebagai bulan transformasi (1) pertama kali tampil pada KAHMI Nasional.

]]>
9487
Puluhan Peserta Meriahkan Festival Gema Takbir di Luwu Utara https://www.kahminasional.com/puluhan-peserta-meriahkan-festival-gema-takbir-di-luwu-utara/ Sun, 01 May 2022 18:20:41 +0000 https://www.kahminasional.com/?p=8673 Kahminasional.com, Luwu Utara – Politikus Partai Golkar, Muhammad Fauzi, bersama MKGR Luwu Utara menggelar “Festival Gema Takbir” di halaman Kantor Bupati Luwu Utara, Sulawesi Selatan (Sulsel), pada Minggu (1/5) malam. Kegiatan dalam rangka menyambut Idulfitri 1443 H/2022 M ini berlangsung meriah sekalipun digelar dengan sederhana. Puluhan peserta dari berbagai elemen berpartisipasi dalam acara dengan total […]

Artikel Puluhan Peserta Meriahkan Festival Gema Takbir di Luwu Utara pertama kali tampil pada KAHMI Nasional.

]]>
Kahminasional.com, Luwu Utara – Politikus Partai Golkar, Muhammad Fauzi, bersama MKGR Luwu Utara menggelar “Festival Gema Takbir” di halaman Kantor Bupati Luwu Utara, Sulawesi Selatan (Sulsel), pada Minggu (1/5) malam.

Kegiatan dalam rangka menyambut Idulfitri 1443 H/2022 M ini berlangsung meriah sekalipun digelar dengan sederhana. Puluhan peserta dari berbagai elemen berpartisipasi dalam acara dengan total hadiah senilai Rp6 juta tersebut.

Para peserta yang berpartisipasi, di antaranya Ketua KNPI Luwu Utara, perwakilan Majelis Daerah Korps Alumni Himpunan Mahasiswa Islam (MD KAHMI) Luwu Utara, perwakilan Nahdlatul Ulama (NU) Luwu Utara, Inspektorat Luwu Utara, dan Fraksi Golkar DPRD Luwu Utara, misalnya.

Dalam sambutannya, Fauzi menyampaikan, mengumandangkan takbir jelang hari kemenangan usai berpuasa selama sebulan penuh adalah salah satu bentuk syukur kepada Allah Swt.

“Karena kita masih dipertemukan pada bulan yang suci ini,” ucap Presidium Majelis Wilayah (MW) KAHMI Sulsel itu. “Tentu kita sangat berharap, kita kembali dipertemukan dengan bulan Ramadan berikutnya.”

Anggota Komisi V DPR ini berharap, Festival Gema Takbir bermanfaat bagi bersama. “Bukan hanya sekadar berlomba, tapi dari kegiatan ini silaturahmi kita makin erat.”

Fauzi ingin gema takbir ke depannya tidak hanya dikumandangkan oleh pemuka agama saja, tetapi semua kalangan, termasuk milenial.

“Dalam kesempatan ini saya juga menyampaikan mohon maaf lahir dan batin. Semoga di hari raya ini, kita kembali ke fitrah dan selamat berlomba,” tandasnya.

 

Artikel Puluhan Peserta Meriahkan Festival Gema Takbir di Luwu Utara pertama kali tampil pada KAHMI Nasional.

]]>
8673
Lebaran Kaum Proletar https://www.kahminasional.com/lebaran-kaum-proletar/ Sat, 30 Apr 2022 22:50:31 +0000 https://www.kahminasional.com/?p=8656 Oleh Rudy Gani, Wasekjen MN KAHMI Ini kisah tentang Lebaran anak kiri. Berbeda dengan kisah Lebaran kaum glamor di kota-kota. Lebaran kiri adalah Lebarannya orang-orang pinggiran. Yang mudiknya saja harus kumpul uang berbulan-bulan lamanya. Tujuan mereka sama, mengharap Tuhan menghargai usahanya saat Lebaran tiba. Mereka jarang mengagungkan sesuatu yang “baru” seperti layaknya orang-orang “the haves”. […]

Artikel Lebaran Kaum Proletar pertama kali tampil pada KAHMI Nasional.

]]>
Oleh Rudy Gani, Wasekjen MN KAHMI

Ini kisah tentang Lebaran anak kiri. Berbeda dengan kisah Lebaran kaum glamor di kota-kota. Lebaran kiri adalah Lebarannya orang-orang pinggiran. Yang mudiknya saja harus kumpul uang berbulan-bulan lamanya.

Tujuan mereka sama, mengharap Tuhan menghargai usahanya saat Lebaran tiba. Mereka jarang mengagungkan sesuatu yang “baru” seperti layaknya orang-orang “the haves”. Meraka anti-kemapanan karena mereka memang tidak memiliki itu (baca: duit).

Bagi mereka, Lebaran adalah perkara iman. Kembali ke fitri, suci dan bersih. Makna ini berbeda dengan kelompok sebelah. Lebaran bagi anak kiri adalah sebuah keniscayaan bahwa perubahan itu ada dan akan tiba. Kapan datangnya, entahlah. Hanya Tuhan yang tahu.

Lebaran bagi anak kiri adalah momentum. Momen untuk beranjak dari derita dunia untuk mencicil surga. Bagi mereka, Lebaran adalah perayaan keagamaan yang berbeda dengan ritual agama lainnya. Sayangnya, Lebaran yang semestinya berangkat dari nilai ideal tersebut justru terlihat sebagai ajang pamer pencapaiaan “orang kota” di desa.

Ketika rombongan orang-orang kota datang ke kampung, desa, dan pelosok daerah, hanyalah kesombongan kota yang dipertontonkan mereka. Mudik tak ubahnya sebuah ritual yang nyatanya penuh derita dan kesombongan.

Mereka tanpa sadar memaksa orang desa mencapai apa yang orang kota capai. Jika “anak si anu bisa, kenapa anakku tak bisa?” Timbullah kompetisi. Berbondong-bondonglah keluarga desa menyuruh bahkan setengah memaksa anaknya ke kota agar berhasil pascamusim mudik tiba. Lalu, hilanglah generasi desa. Sawah tak diurus, Kebun tak bertuan. Hewan ternak digadai demi ongkosi sang anak selama di kota.

Bertahun sang anak di kota, harapan yang dinantikan tak kunjung tiba. Sang anak justru jadi kriminal di kota. Sebab, sang anak tak mendapat banyak asupan pengetahuan soal tinggal di kota. Ibu kota lebih kejam daripada ibu tiri. Nasib inilah yang menimpa anak dari keluarga pemimpi. Kota tak menawarkan kemudahan seperti cerita orang-orang kota.

Petaka dan cerita ini timbul akibat kesombongan yang membuncah dari Lebaran ke Lebaran oleh orang kota. Mudik tak ubahnya ajang pesta pora penghamba materi dunia yang berjibaku memerangi yang cita dan realita!

Bagi anak kiri, mudik seharusnya adalah wadah pergerakan sosial bagi orang desa, bukan sebaliknya dikotori dengan “angin surga”. Sebab, yang selama ini terjadi, orang kota cuma pamer kepunyaan tanpa memikirkan bagaimana merevolusi pemikiran orang-orang di desanya.

Orang kota cuma menunjukkan punya rumah, punya jabatan, punya keluarga yang mapan, punya mobil, dan punya semua yang tidak dimiliki orang desa. Singkatnya, mereka pamerkan pencapaiaan semua yang dimilikinya kepada orang desa.

Mudik sudah menjadi ritual kapitalisme dalam beragama umat Islam Indonesia saat ini. Kapitalisme yang masuk hingga sendi-sendi keintiman umat Islam hingga meniadakan keadilan sejak dalam pikiran. Nilai-nilai kematerian yang berlebihan menyebabkan tumpulnya keberpihakan pada keadaan susah masyarakat desa. Ketika orang kota tiba, bukanlah penghormatan yang didapat, melainkan cibiran dan rasa iri yang muncul akibat telanjangnya orang kota memamerkan pencapaiaan yang diperolehnya.

Faktanya, kemiskinan di desa tetap saja berlangsung. Tak ada upaya memaknai silaturahmi Lebaran Idulfitri untuk mengangkat kemiskinan di desa menjadi semakin berkurang. Makna Lebaran menjadi hiasan belaka. Tak ada daya serta upaya serius menangani kemiskinan di desa-desa sebagaimana disinggung di atas.

Lebaran dan mudik tak ubahnya seperti rubah dan serigala, berkejaran dan tak sebanding. Makin jauh mudik dilakukan, makin jauh pula makna dan hakiki Lebaran yang sejatinya diinginkan. Di sinilah kritik anak kiri menemukan jalannya. Ritual agama hanya menjadi ritual tanpa makna. Lebaran hanya menjadi ajang tak berkesudahan untuk memamerkan pencapaian. Setelah itu, mereka kembali ke kota dengan sikap angkuh khas orang kota.

Akankah mudik selalu begini saja?

Artikel Lebaran Kaum Proletar pertama kali tampil pada KAHMI Nasional.

]]>
8656
M Fauzi Bersyukur Minim Gesekan saat Ramadan: Masyarakat Kita Terbukti Dewasa https://www.kahminasional.com/m-fauzi-bersyukur-minim-gesekan-saat-ramadan-masyarakat-kita-terbukti-dewasa/ Thu, 28 Apr 2022 21:12:13 +0000 https://www.kahminasional.com/?p=8650 Kahminasional.com, Makassar – Presidium Majelis Wilayah Korps Alumni Himpunan Mahasiswa Islam Sulawesi Selatan (MW KAHMI Sulsel), Muhammad Fauzi, bersyukur atas hangatnya dinamika kebangsaan yang terjadi selama Ramadan tahun ini. Sehingga, tidak ada perdebatan isu-isu yang memecah belah masyarakat dan umat muslim dapat dengan khusyuk berpuasa. Fauzi menambahkan, Ramadan kali ini pun berjalan hampir sesuai harapan […]

Artikel M Fauzi Bersyukur Minim Gesekan saat Ramadan: Masyarakat Kita Terbukti Dewasa pertama kali tampil pada KAHMI Nasional.

]]>
Kahminasional.com, Makassar – Presidium Majelis Wilayah Korps Alumni Himpunan Mahasiswa Islam Sulawesi Selatan (MW KAHMI Sulsel), Muhammad Fauzi, bersyukur atas hangatnya dinamika kebangsaan yang terjadi selama Ramadan tahun ini. Sehingga, tidak ada perdebatan isu-isu yang memecah belah masyarakat dan umat muslim dapat dengan khusyuk berpuasa.

Fauzi menambahkan, Ramadan kali ini pun berjalan hampir sesuai harapan masyarakat. Pangkalnya, sekalipun masih di tengah pandemi Covid-19, diperkenankan melakukan mudik Lebaran tanpa adanya penyekatan.

“Nikmat-nikmat ini tentu harus kita syukuri. Artinya, masyarakat kita terbukti telah dewasa dalam menyikapi perbedaan dan tangguh dalam menghadapi cobaan,” katanya dalam keterangan tertulis, Jumat (29/4).

Anggota Komisi V DPR ini berharap, masyarakat tetap disiplin menerapkan protokol kesehatan (prokes) saat mudik ke kampung halaman masing-masing. Setidaknya tetap memakai masker dengan benar, menjaga jarak, dan rajin mencuci tangan dengan sabun atau pembersih tangan (hand sanitizer).

“Ini harus kita lakukan untuk meminimalisasi risiko penularan kepada orang-orang terkasih sekaligus memastikan laju penularan Covid-19 tetap terkendali pascamudik Lebaran,” jelasnya.

Bang Fauzi juga menyarankan masyarakat tidak menggunakan kendaraan bermotor roda dua sebagai angkutan mudik. Alasannya, berisiko tinggi atas terjadinya kecelakaan lalu lintas.

“Sebaiknya mudik menggunakan transportasi umum atau memanfaatkan program mudik gratis yang kembali digalakkan, termasuk oleh pemerintah pusat dan daerah,” katanya. “Karena esensi yang terpenting dari mudik adalah kita bisa kembali ke kampung halaman dan memperat tali ukhuah dengan sanak famili dan kerabat.”

Selain itu, politikus Partai Golkar ini mengajak masyarakat menahan diri untuk berlibur jika lokasi wisata tujuan sudah penuh sesak oleh pengunjung. Ini pun guna mencegah terjadinya risiko penularan Covid-19.

“Lebih baik kita bersabar dua-tiga pekan sehabis Lebaran. Apabila kondisi sudah normal kembali, barulah kita bisa pergi berlibur. Ini tentu untuk keamanan dan kenyamanan bersama,” tuturnya.

Lebih jauh, Fauzi berharap, ketentraman dan kedamaian yang terjalin dan terbangun selama Ramadan ini dapat dipertahankan dan ditingkatkan demi kemaslahatan bersama.

“Sudah sepantasnya Idulfitri betul-betul menjadi momentum untuk memaafkan satu sama lain dan mulai membicarakan hal-hal yang lebih konstruktif demi kebaikan bersama. Jangan habiskan energi kita untuk hal-hal yang tidak positif,” serunya.

Di sisi lain, Fauzi mengucapkan selamat berlebaran. Legislator dari Dapil Sulsel III ini pun memohon maaf atas segala kekhilafan dan kesalahan berupa ucapan, pikiran, ataupun perbuatan yang pernah dilakukannya, baik secara sengaja maupun tidak sengaja.

“Atas nama pribadi dan keluarga, Saya Muhammad Fauzi menghaturkan selamat Idulfitri 1443 Hijriah. Mohon maaf atas segala kesalahan. Semoga Allah Swt mengampuni dosa-dosa kita dan menjadikan kita insan yang lebih baik dan bermanfaat bagi bersama,” tandasnya.

 

Artikel M Fauzi Bersyukur Minim Gesekan saat Ramadan: Masyarakat Kita Terbukti Dewasa pertama kali tampil pada KAHMI Nasional.

]]>
8650
KAHMI Bengkulu Lanjutkan Acara Silaturahmi Lintas Generasi https://www.kahminasional.com/kahmi-bengkulu-lanjutkan-acara-silaturahmi-lintas-generasi/ Wed, 27 Apr 2022 22:26:25 +0000 https://www.kahminasional.com/?p=8632 Kahminasional.com, Bengkulu – Majelis Wilayah Korps Alumni Himpunan Mahasiswa Islam (MW KAHMI) Bengkulu kembali menggelar silaturahmi lintas generasi sekaligus buka puasa bersama dan santunan pada momentum Ramadan 2022. Kali ini, Rabu (27/4), kegiatan digelar di kediaman Presidium KAHMI Bengkulu, Syarifudin, Jalan Dempo 1, Kelurahan Sawah Lebar, Kota Bengkulu. Acara turut dihadiri Koordinator Presidium Iswahyudi, Presedium […]

Artikel KAHMI Bengkulu Lanjutkan Acara Silaturahmi Lintas Generasi pertama kali tampil pada KAHMI Nasional.

]]>
Kahminasional.com, Bengkulu – Majelis Wilayah Korps Alumni Himpunan Mahasiswa Islam (MW KAHMI) Bengkulu kembali menggelar silaturahmi lintas generasi sekaligus buka puasa bersama dan santunan pada momentum Ramadan 2022.

Kali ini, Rabu (27/4), kegiatan digelar di kediaman Presidium KAHMI Bengkulu, Syarifudin, Jalan Dempo 1, Kelurahan Sawah Lebar, Kota Bengkulu.

Acara turut dihadiri Koordinator Presidium Iswahyudi, Presedium Zacky Antoni, Presidium Sehmi, Sekretaris Umum M. Tasron, dan Dewan Penasihat dan Dewan Kode Etik KAHMI Bengkulu.

Lalu, senior KAHMI Bengkulu, Majelis Daerah (MD) KAHMI Kota Bengkulu, serta pengurus dan anggota KAHMI, Forum Alumni HMI-Wati (FORHATI), HMI, dan Korps HMI-Wati (KOHATI) Cabang Bengkulu dan Komisariat HMI se-Cabang Bengkulu.

“Ini merupakan rangkaian kegiatan KAHMI dalam rangka menjalin silaturahmi dan program Ramadan 2022 sekaligus penyampaian doa syukur atas pelantikan kami selaku Kabiro,” kata Syarifudin.

“Berkat doa dan support dari keluarga besar HMI, cita-cita sebagai ASN menduduki eselon 2 tercapai,” imbuhnya.

Syarif berjanji, bakal menjalankan tugas dengan sebaik-baiknya agar dapat memberikan manfaat kepada masyarakat dan membangun daerah.

“Selanjutnya, saya meminta doa dari semua yang berkenan hadir semoga dalam menjalankan tugas mampu dilaksanakan secara baik, bermanfaat untuk umat secara luas untuk menebar kebaikan,” tuturnya.

Sementara itu, Iswahyudi menyambut baik kegiatan ini. Pangkalnya, mempererat silaturahmi antara kader dan alumni HMI. Sehingga, semuanya akan kompak dan saling mendukung ke depannya.

Artikel KAHMI Bengkulu Lanjutkan Acara Silaturahmi Lintas Generasi pertama kali tampil pada KAHMI Nasional.

]]>
8632