Yahya Cholil Staquf Arsip - KAHMI Nasional https://www.kahminasional.com/read/tag/yahya-cholil-staquf/ Korps Alumni Himpunan Mahasiswa Islam Mon, 16 Sep 2024 03:00:05 +0000 id hourly 1 https://wordpress.org/?v=6.6.2 https://www.kahminasional.com/assets/img/2021/11/favicon-kahmi-nasional-48x48.png Yahya Cholil Staquf Arsip - KAHMI Nasional https://www.kahminasional.com/read/tag/yahya-cholil-staquf/ 32 32 202918519 Ketika Mustasyar Memanggil https://www.kahminasional.com/read/2024/09/16/9905/ketika-mustasyar-memanggil/ Mon, 16 Sep 2024 03:00:05 +0000 https://www.kahminasional.com/?p=9905 Oleh. Fathorrahman Fadli* Pagi ini Senin (16/9) pukul 01.49 WIB, saya baru saja selesai mendengar penjelasan Gus Mus soal keributan kecil antara Muhaimin Iskandar selaku Ketua Umum PKB dengan Ketua Umum PBNU, K.H.Yahya Staquf atau akrab dipanggil Gus Yahya. Keributan ini, jelas Gus Mus,– KH.Mustofa Bisri-‘– beliau sederhanakan sebagai persoalan Muhaimin dan Yahya belaka, bukan […]

Artikel Ketika Mustasyar Memanggil pertama kali tampil pada KAHMI Nasional.

]]>
Oleh. Fathorrahman Fadli*

Pagi ini Senin (16/9) pukul 01.49 WIB, saya baru saja selesai mendengar penjelasan Gus Mus soal keributan kecil antara Muhaimin Iskandar selaku Ketua Umum PKB dengan Ketua Umum PBNU, K.H.Yahya Staquf atau akrab dipanggil Gus Yahya.

Keributan ini, jelas Gus Mus,– KH.Mustofa Bisri-‘– beliau sederhanakan sebagai persoalan Muhaimin dan Yahya belaka, bukan persoalan PKB dan NU. Dahulu, dua tokoh ini berteman biasa. Sama-sama mahasiswa Universitas Gajah Mada. Artinya, keduanya anak-anak NU yang pintar. Buktinya mereka lulus tes UMPTN dan lalu diterima kuliah di universitas bergengsi–UGM. Waktu Gus Dur berkuasa, mereka sama-sama berada di sekitar istana. Gus Yahya waktu itu sempat menjadi Juru bicara kepresidenan, sementara Muhaimin sudah menjadi anggota DPR RI di Senayan sana.

Keduanya, sama-sama menyicipi nikmatnya kekuasaan. Walaupun nasib Gus Yahya dalam menikmati kekuasaan itu lebih pendek, seturut dengan pendeknya masa kepemimpinan Gus Dur. Kala itu, Muhaimin, Gus Yahya, dan Adi Massardi yang juga jubir Gus Dur sempat sama-sama umroh berpakaian ihrom. Jadi semua rukun-rukun saja dibawah asuhan Gus Dur.

Waktu Gus Dur menjabat Ketua Umum PBNU, Gus Yahya memang dekat sekali, bahkan setiap hari bersama Gus Dur. Pola-pola pemikiran politik Gus Dur yang atraktif dan sulit dipahami orang, pastilah Gus Yahya dapat serap dengan baik. Namun apakah Gus Yahya sama dan sebangun dengan Gus Dur, rasanya masih jauh sekali. Apalagi dalam perkara kekayaan ilmunya Gus Dur, —begitu pun dalam atraksi atau akrobat politiknya Gus Dur. Namun sedikit-sedikit lagak terobosan dan langkah-langkah politik Gus Yahya punya getaran yang mengagetkan ala Gus Dur.

Bagaimana dengan Muhaimin? Muhaimin ini adalah produk politik dari Gus Dur juga. Dalam politik, Muhaimin atau Cak Imin ini sangat atletis. Dia betul-betul seorang politisi ulung. Mungkin saja bisa dibilang akrobat politiknya lebih lihai dari Gus Dur sekalipun. Dia cepat sekali beradaptasi dengan lingkungan politik yang biasanya berubah sangat dramatis.

Mengapa saya bilang, lebih lihai dari Gus Dur? Orang sehebat Gus Dur saja, bisa dia lipat dalam sekejab. Nalar politik kekuasaan Muhaimin itu bergerak lebih cepat dari dinamika politik yang bakal terjadi.

Lihat bagaimana cara dia memanfaatkan kekuasaan SBY untuk menaklukkan Gus Dur. Meskipun Muhaimin ini adalah produk politik dari Gus Dur sebagaimana juga melahirkan Ali Masykur Musa, Khofifah Indar Parawansa, Gus Yahya, Saifullah Yusuf, AS Hikam, Fajrul Falakh, Slamet Efendi Yusuf, Ulil Abshar Abdallah, dkk.

Namun jangan lupa, Muhaimin selama menjadi Ketua Umum PMII, dia juga belajar politik pada Akbar Tandjung, sang maestro politik santun nan lihai. Kepada saya Bang Akbar berucap, “Kalau ke PKB saya masih bicara dengan Muhaimin, sebab dia sempat saya bina melalui kelompok Cipayung.”

Jadi kalau Muhaimin sangat pandai berpolitik, itu jelas karena dia belajar kemana-mana, termasuk pada Akbar Tandjung.

Langkah Muhaimin mendongkel Gus Dur dari PKB–istilah Yenny Wahid, anak Gus Dur sebagai dosa politik terberat Muhaimin– namun jika dipotret dari kepentingan karir politik Muhaimin, langkah mendongkel Gus Dur dari PKB itu adalah langkah strategis belaka secara politik. Jika tidak, maka PKB akan identik dengan Gus Dur atau Dinasti Hasyim. Di sini NU memiliki dua keuntungan, Gus Dur tetap besar, sedangkan Muhaimin muncul sebagai tokoh politik yang tidak tertandingi hingga kini.

Muhaimin vs Gus Yahya

Kedua tokoh NU yang sudah tidak muda lagi ini, dan secara struktur sudah berada dipucuk pimpinan nasional itu jelas bukan orang biasa. Keduanya sangat memberi andil yang besar dalam pertumbuhan NU—, baik sebagai Jam’iyah maupun sebagai Jamaah.

Perjalanan politik Muhaimin di PKB tentu saja, bukan tanpa hambatan. Namun keterampilan Muhaimin menyelesaikan konflik internalnya bisa dibilang ciamik, meskipun tetap menyisakan sakit hati yang dalam dihati para pembangkangnya. Namun secara umum, kekuasaan Muhaimin di PKB masih sulit tergoyahkan.

Nah, mengapa Muhaimin dan Gus Yahya lantas berselisih? Kalau dilihat dari perjalanan karir politik keduanya, Muhaimin lebih banyak mendapat pematangan politik di lapangan ketimbang Gus Yahya. Oleh sebab itu langkah-langkah politik Cak Imin terlihat lebih sat-set ketimbang Gus Yahya. Langkah Imin yang Sat-Set itu jelas pada titik tertentu kerapkali bertubrukan dengan anasir kekuatan politik tertentu di PKB dan pada saat yang sama juga memiliki jaringan dalam tubuh PBNU.

Orang-oramg yang sakit hati di PKB ini kemudian mencari jalan untuk memanfaatkan kekuasaan demi kepentingan kelompok mereka. Hal sperti ini adalah wajar sekali dalam politik kekuasaan, dimanapun dan sampai kapan pun. Kelompok ini, yang sekarang di wakili oleh Gus Yahya dan Gus Ipul mencoba mencari jalan berbeda dengan apa yang dilakukan Muhaimin pada Pemilu 2024 lalu. Jadi, konflik Muhaimin dan Gus Yahya ini rasanya akan lebih bijaksana jika dirunut sebagai persaingan politik antar aktor (politic amoung actor) diantara santri politik didikan Kiai Abdurrahman Wahid alias Gus Dur.

Lalu bagaimana cara agar konflik keduanya itu didamaikan. Pakai mekanisme apa? Rasa-rasanya saran Gus Mus tadi menjadi sangat relevan. Sebagai sama-sama anak didikan Gus Dur mereka hendaknya sadar bahwa mereka bukan lagi mahasiswa UGM yang lagi bertarung memperebutkan Ketua Umum Senat Mahasiswa sebagai.media latihan memimpin, namun mereka sudah menjadi tokoh-tokoh nasional yang akan sangat menentukan Nahdlatul Ulama sebagai jam’iyah dan jamaah NU serta wajah Indonesia di masa depan.

Jalan dan solusinya, kata Gus Mus, secara Jam’iyah (organisasi), seharusnya Dewan Kiai Sepuh yang ada dalam Mustasyar PBNU, segera memanggil Muhaimin dan Yahya Staquf untuk duduk bersama mendengar nasihat-nasihat bening dari para Kiai. Jika mereka tidak mau, kata Gus Mus, Yo wis….!

*Penulis adalah Direktur Eksekutif Indonesia Development Research-IDR

Artikel Ketika Mustasyar Memanggil pertama kali tampil pada KAHMI Nasional.

]]>
9905
Gus Yahya “Kubur” HMI Connection https://www.kahminasional.com/read/2021/12/27/6046/gus-yahya-kubur-hmi-connection/ Mon, 27 Dec 2021 06:00:43 +0000 https://www.kahminasional.com/?p=6046 Oleh Puji Hartoyo, Ketua Umum PB HMI MPO 2013-2015/alumnus Ponpes Krapyak Yogyakarta 1998-2004 KH Yahya Cholil Staquf atau biasa dipanggil Gus Yahya baru saja terpilih sebagai Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) masa khidmat 2021-2026 secara demokratis dalam Sidang Pleno Muktamar NU di Lampung pada 22-24 Desember 2021. Pemilihan sendiri berlangsung cukup lama karena […]

Artikel Gus Yahya “Kubur” HMI Connection pertama kali tampil pada KAHMI Nasional.

]]>
Oleh Puji Hartoyo, Ketua Umum PB HMI MPO 2013-2015/alumnus Ponpes Krapyak Yogyakarta 1998-2004

KH Yahya Cholil Staquf atau biasa dipanggil Gus Yahya baru saja terpilih sebagai Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) masa khidmat 2021-2026 secara demokratis dalam Sidang Pleno Muktamar NU di Lampung pada 22-24 Desember 2021.

Pemilihan sendiri berlangsung cukup lama karena dimulai dari malam hari setelah Isya sampai ke esokan harinya menjelang siang (salat Jumat). Hal yang menarik dari pemilihan kali ini adalah soal kandidat yang terlibat dalam kontestasi bursa calon Ketua Umum (Tanfidziyah) PBNU.

Tiga kandidat, KH Said Aqil Siraj, KH Yahya Cholil Staquf, dan KH As’ad Ali, adalah sama-sama alumni Pondok Pesantren Krapyak Yogyakarta. Satu almamater, tetapi beradu haluan dalam Muktamar ke-34.

Hadirnya ketiga figur tersebut sebagai pilihan utama para muktamirin yang merepresentasikan suara resmi NU tingkat wilayah dan cabang tentu karena melihat ketiganya adalah kader terbaik NU saat ini yang dianggap siap dan mampu untuk menahkodai NU ke depan.

Banyak di antara muktamirin dan anggota NU lainnya yang bertanya ke saya, “Sakti sekali ini Pesantren Krapyak bisa mengantarkan tiga kandidat ketum sekaligus dalam satu Muktamar”. Bahkan, sebelum ini ada nama KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) yang pernah menjabat Ketum PBNU tiga periode dan akhirnya terpilih sebagai Presiden keempat Indonesia.

Lahirnya tokoh-tokoh besar NU dari alumni Krapyak merupakan buah dari ilmu dan keberkahan doa yang KH Moenawwir dan KH Ali Maksum tanamkan. Ali Maksum merupakan tokoh intelektual NU pada masanya. Beliau telah mengarang beberapa kitab, di antaranya Al-Amtsilah at-Tashrifiyyah, Fathul Qadir, Ad-Durus al Falakiyah, dan sebagainya.

Keintelektualan KH Ali Maksum membuat dirinya dipercaya warga NU menjadi Rais Aam tahun 1980-1984 saat Muktamar di Yogyakarta. Kemudian, merangkap jabatan sebagai Ketua Umum PBNU saat Idham Chalid mengundurkan diri tahun 1983-1984.

KH Ali Maksum dan tradisi intelektual yang beliau pelihara menjadikannya mendapat julukan “munjid (kamus) berjalan”. Yang kemudian tradisi intelektual ini beliau ejawantahkan ke dalam metode belajar di pesantren. Maka, di Pesantren Krapyak dalam keseharian ada tradisi belajar namanya “musyawarah”. Musyawarah adalah bentuk belajar bersama para santri untuk berbagi dan berdiskusi tentang pelajaran yang lalu dan akan datang seraya berdiskusi soal isu-isu terkini.

Tradisi intelektual Pondok Pesantren Krapyak, buat saya, adalah kesamaan tradisi di dalam Himpunan Mahasiswa Islam (HMI). Tradisi intelektual dengan membaca, diskusi, serta adu gagasan dan ide adalah sesuatu yang hidup di HMI. Apalagi, di buku Pedoman Perkaderan HMI, aktivitas di dalamnya berupa diskusi, membaca, dan menulis adalah bagian dari pedoman perkaderan itu sendiri.

Diketahui, Gus Yahya semasa remaja dan muda banyak dihabiskan nyantri dan menjadi aktivis. Saat SMP sampai kuliah di UGM, Gus Yahya sambil nyantri di Pesantren Al Munawwir Krapyak di bawah asuhan KH Ali Maksum. Sementara saat kuliah di Fisipol UGM, Gus Yahya aktif di HMI hingga terpilih menjadi Ketum Komisariat Fisipol UGM.

Gus Yahya adalah santri dan kiai yang lahir dari tradisi intelektual melalui inkubator Pesantren Krapyak dan HMI sebagai stimulator keintelektualan Gus Yahya. Meskipun tentu pascaera tersebut Gus Yahya lebih terasah dalam banyak wadah lainnya, terutama saat berada dalam circle Gus Dur. Apalagi, Gus Yahya pernah ikut terlibat aktif dalam banyak aktivitas Gus Dur, baik saat menjabat sebagai Presiden maupun sebelum dan sesudahnya.

Pergumulannya dengan Gus Dur menjadikan Gus Yahya lebih tarasah dalam intelektual, terutama dalam gagasan yang sering Gus Dur jadikan platformnya soal moderasi beragama (Islam). Bahkan, Gus Ipul, sapaan akrab Gus Syaifullah Yusuf, menyebutnya sebagai Gus Dur muda. Ini hanya perumpamaan karena tentunya pemikiran dan aktivitas Gus Yahya secara personifikasi masih belum bisa menyamai Gus Dur.

Tapi, setidaknya Gus Yahya adalah wajah baru Ketum PBNU yang mewarisi gagasan Gus Dur dalam menggaungkan wajah Islam yang toleran, terbuka, dan mau berdialog dengan siapa pun, seperti pemikiran Gus Dur yang dinaskahkan Islamku, Islam Anda, Islam Kita. Gus Dur di sini ingin menampilkan Islam yang hadir bersama dan berempati untuk kepentingan bersama.

Kita patut berterima kasih juga kepada KH Said Aqil Siradj yang telah memimpin PBNU pada periode 2010-2021. Di bawah kepemimpinan beliau, PBNU berani kembali bergairah menyuarakan moderasi agama (Islam) seperti yang juga Gus Dur perjuangkan semasa hidupnya. Kang Said, panggilan familiar KH Said Aqil, setidaknya telah membawa PBNU makin melangkah maju dalam membangun organisasi yang kontekstual terhadap tantangan zaman.

Maka, dalam konteks membangun NU dan Islam Indonesia, tentu yang kita harapkan adalah kebersamaan dalam keragaman. NU, Muhammadiyah, HMI, Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII), dan sebagainya adalah sejatinya sama dalam tujuan kebaikan dan kemaslahatan bangsa dan umat. Jika ada alumni HMI yang dipercaya untuk menjadi Ketum PBNU, itu sebagai bentuk kebersamaan dalam visi kebangsaan dan keumatan bukan karena adanya dikotomi HMI dan PMII di tubuh NU.

Dalam sejarahnya saja NU dengan HMI tidak berada pada jalur yang berseberangan. Justru NU selalu menjadi kakak yang peduli bagi HMI, terutama saat rencana Presiden Soekarno karena desakan PKI (Partai Komunis Indonesia) dan CGMI (Consentrasi Gerakan Mahasiswa Indonesia) ingin membubarkan HMI tahun 1965. Di situ, NU yang terdepan membela HMI agar tidak jadi dibubarkan.

Ketika suasana memanas dan CGMI dan PKI terus mendesak Presiden Soekarno agar membubarkan HMI, sang Pemimpin Besar mengundang Subandrio dan KH Saifuddin Zuhri ke Istana. Sesuai dengan pesan Sulastomo, Ketua Umum PB HMI saat itu, Subandrio tidak setuju jika HMI dibubarkan. KH Saifuddin Zuhri atas nama NU malah mengancam Bung Karno.

“Kalau Bung Karno membubarkan HMI karena desakan CGMI dan PKI, saya serahkan mandat sebagai menteri [agama]. Saya tidak bertanggung jawab jika massa NU melawan negara.”

Begitulah sejarah cerita manis antara NU dan HMI. Agaknya cerita menjadi getir kemudian karena sedikit ternodai saat peristiwa lengsernya Gus Dur dari kursi Presiden tahun 2001. Sebagian warga NU menganggap, ini ulah HMI connection karena para pimpinan lembaga negara dan beberapa petinggi partai adalah alumni HMI saat itu.

Bagi saya, itu pengkaitan berlebihan yang dituduhkan kepada HMI atau Korps Alumni Himpunan Mahasiswa Islam (KAHMI). Apakah karena potret tersebut lantas bisa menjustifikasi HMI connection yang terlibat dalam pelengseran Gus Dur?

Sementara, di pihak Gus Dur, saat itu ada Gus Yahya, alumni HMI Yogyakarta, sebagai Juru bicaranya di kepresidenan. Ada juga Mahfud MD, pengikut Gus Dur yang menjadi Menteri Pertahanan saat itu juga jebolan HMI Yogyakarta bahkan kemudian menjadi Ketua Umum MN KAHMI di tahun 2012-2017.

Di luar nama-nama itu, banyak lagi alumni HMI yang punya kedekatan khusus dengan mantan Presiden ke-4 RI tersebut. Nurcholis Madjid, Djohan Effendi, dan Dawam Rahardjo adalah alumni HMI yang sudah berkawan dengan Gus Dur sejak lama, termasuk Deliar Noer, Ketum PB HMI periode 1953-1955, yang sering berkunjung ke rumah KH A. Wahid Hasyim (Ayah Gus Dur) dan kerap menyapa Gus Dur kecil.

Jadi, tesis yang mengatakan HMI connection motor pelengseran Gus Dur, menurut saya, tidak tepat. Di alumni dan KAHMI sendiri terdapat fragmentasi dan polarisasi kepentingan yang sering beradu dan tidak menyatu.

Dan perlu diketahui, PB HMI MPO (Pengurus Besar Himpunan Mahasiswa Islam Majelis Penyelamat Organisasi) di bawah Ketua Umum periode 2001-2003, Syafinuddin Al Mandari, yang pertama kali silaturahmi, kemudian mengundang Gus Dur ke forum resmi publik setelah Gus Dur turun dari kursi Presiden. Saat itu, pesannya adalah bahwa HMI mendukung secara morel kepada Gus Dur dan sebagai penanda bahwa HMI tidak ada persoalan apa pun dengan Gus Dur.

Terpilihnya Gus Yahya di Muktamar ke-34 NU di Lampung sebagai penanda warga NU sudah mulai sadar bahwa HMI connection yang dialamatkan sebagai biang kerok lengsernya Gus Dur adalah penggiringan opini belaka. NU dan HMI dari dulu hingga kini tetaplah kakak beradik yang selalu bersama dalam satu tujuan membangun bangsa dan umat agar tercapai kemaslahatan.

Artikel Gus Yahya “Kubur” HMI Connection pertama kali tampil pada KAHMI Nasional.

]]>
6046
Gus Yahya Pimpin PBNU, Apa Resepnya? https://www.kahminasional.com/read/2021/12/25/6036/gus-yahya-pimpin-pbnu-apa-resepnya/ Sat, 25 Dec 2021 00:32:51 +0000 https://www.kahminasional.com/?p=6036 Kahminasional.com, Jakarta – Melalui pemungutan suara (voting) hingga dua putaran, KH Yahya Cholil Tsaquf (Gus Yahya) akhirnya terpilih sebagai Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) 2021-2026. Sebelum menjadi NU-1, ormas Islam terbesar di Indonesia, Gus Yahya tercatat pernah berkiprah sebagai kader Himpunan Mahasiswa Islam (HMI). Dia bahkan tercatat sebagai Ketua HMI Cabang Yogyakarta 1985-1986. […]

Artikel Gus Yahya Pimpin PBNU, Apa Resepnya? pertama kali tampil pada KAHMI Nasional.

]]>
Kahminasional.com, Jakarta – Melalui pemungutan suara (voting) hingga dua putaran, KH Yahya Cholil Tsaquf (Gus Yahya) akhirnya terpilih sebagai Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) 2021-2026.

Sebelum menjadi NU-1, ormas Islam terbesar di Indonesia, Gus Yahya tercatat pernah berkiprah sebagai kader Himpunan Mahasiswa Islam (HMI). Dia bahkan tercatat sebagai Ketua HMI Cabang Yogyakarta 1985-1986.

Gus Yahya pun bukan kader “Hijau Hitam” pertama yang menjabat Ketua Umum PBNU. Sebelumnya ada almarhum KH Hasyim Muzadi (2004-2010).

Ketua Umum HMI Cabang Kebumen, Zaenal Sobri, menerangkan, fakta itu merupakan sebuah prestasi bagi HMI dan

Sebagai Menurutnya, kader HMI sebagai kader intelektual dilatik merangkul bukan memukul. Kader pun terlatih untuk berbagai bukan memonopoli. Corak ini dinilai jarang ditemukan pada organisasi lain.

“Silakan bisa dilihat. Karakter kader-kader HMI itu enak dan nyaman karena polanya itu merangkul bukan memukul dan juga polanya itu berbagi dengan yang lain,” tuturnya, Jumat (24/12).

Oleh karena itu, bagi Zaenal, wajar apabila kader HMI aktif di berbagai medan pengabdian. Dirinya pun menaksir lebih dari 50% pembantu Presiden Joko Widodo (Jokowi) diisi kader-kader HMI.

“Setiap kepala negara di Indonesia itu pasti dalam pemerintahannya selalu ada HMI, termasuk Presiden Jokowi, [sebanyak] 50% kabinetnya kader HMI,” jelasnya.

Artikel Gus Yahya Pimpin PBNU, Apa Resepnya? pertama kali tampil pada KAHMI Nasional.

]]>
6036
Gus Yahya, HMI, dan Caption Medsos Jokowi https://www.kahminasional.com/read/2021/12/24/6031/gus-yahya-hmi-dan-caption-medsos-jokowi/ Fri, 24 Dec 2021 09:19:13 +0000 https://www.kahminasional.com/?p=6031 Oleh Hariqo Satria, Ketua Lembaga Media Digital MN KAHMI Di banyak grup Himpunan Mahasiswa Islam (HMI), saya lihat melimpah doa atas terpilihnya KH Yahya Cholil Staquf (Gus Yahya) sebagai Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) periode 2021-2026. Wajar saja, beliau mantan Ketua Umum HMI Komisariat Fisipol UGM Cabang Yogyakarta 1986-1987, sesudah Arif Afandi (Pemred […]

Artikel Gus Yahya, HMI, dan Caption Medsos Jokowi pertama kali tampil pada KAHMI Nasional.

]]>
Oleh Hariqo Satria, Ketua Lembaga Media Digital MN KAHMI

Di banyak grup Himpunan Mahasiswa Islam (HMI), saya lihat melimpah doa atas terpilihnya KH Yahya Cholil Staquf (Gus Yahya) sebagai Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) periode 2021-2026.

Wajar saja, beliau mantan Ketua Umum HMI Komisariat Fisipol UGM Cabang Yogyakarta 1986-1987, sesudah Arif Afandi (Pemred Jawa Pos, Wakil Wali Kota Surabaya), begitu informasi dari Sigit Pamungkas, Presidium MN KAHMI dan Arif Afandi.

Presidium MN KAHMI lainnya, seperti Ahmad Riza Patria (Koordinator), Viva Yoga Mauladi, Ahmad Doli Kurnia, Siti Zuhro, Sekjen Manimbang, dan-lain-lain juga mendoakan. Sementara Kholis Malik, mantan Ketum PB HMI, mengirimkan foto Gus Yahya saat aktif di HMI. Entah dapat dari mana.

Tak ada respons berlebihan karena mereka sudah melewati fase “fanatik golongan”. Di internal HMI, sudah ada kesadaran sempurna bahwa KH Yahya Cholil Staquf bukan hanya milik HMI, tetapi juga milik Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII), milik NU, milik bangsa Indonesia bahkan dunia.

“Sejak dulu, NU itu rumah bersama dalam bingkai kebangsaan,” kata Viva Yoga kepada saya lewat WhatsApp.

Ketua Umum terpilih PBNU 2021-2026, KH Yahya Cholil Staquf, saat masih aktif ber-HMI dari Komisariat Fisipol UGM Cabang Yogyakarta. Istimewa
Ketua Umum terpilih PBNU 2021-2026, KH Yahya Cholil Staquf, saat masih aktif ber-HMI dari Komisariat Fisipol UGM Cabang Yogyakarta. Istimewa

Toh, HMI sangat sering dipimpin anak-anak NU dan santri. Di antara yang populer adalah Nurcholish Madjid, seorang “peramal” yang tahun 1970 sudah mengatakan bahwa NU akan mengalami kemajuan intelektual dan sekarang terbukti benar.

Untuk diketahui, di seluruh perkaderan HMI, juga diperkenalkan nama Subchan ZE, seorang tokoh NU yang memperjuangkan agar HMI tidak dibubarkan pada era pemerintahan Orde Lama.

Subhan tidak seorang diri. Banyak tokoh NU yang membela HMI. Adik kandung Subhan ZE ini namanya Aniswati M. Kamaluddin, pendiri Korps HMI-Wati (KOHATI) dan Ketua Umum KOHATI Pertama.

“Jadi, salah satu pendiri KOHATI ini orang NU,” kata Ida Ismail Nasution kepada saya di rumahnya.

Selain hubungan harmonis NU-HMI-PMII, yang menarik di Muktamar NU kali ini adalah masuknya isu agraria dan pemerataan ekonomi di Komisi Qanuniyah, Komisi Waqi’iyyah, Komisi Maudhu’iyyah, dan Komisi Rekomendasi.

Kabar ini saya dapatkan langsung dari senior saya, Mohammad Sohibuddin (Alumnus HMI Cabang Yogyakarta, penulis banyak buku reformasi agraria yang juga Katib Syuriyah PCI NU Belanda).

“Itu kerja tim besar. Kami yang muda hanya urun rembuk saja,” katanya.

Sampai-sampai akun resmi Presiden Jokowi dalam caption media sosialnya pada tanggal 22 Desember 2021 menuliskan, “NU adalah organisasi besar yang memiliki potensi dalam rangka pemerataan ekonomi umat.”

Semoga harapan Presiden Jokowi menjadi perhatian kita semua. Toleransi antarumat beragama wajib hukumnya. Toleransi ekonomi wajib juga.

Sekali lagi, selamat atas terpilihnya guru kami, KH Yahya Cholil Staquf, sebagai Ketua Umum PBNU 2021-2026. Terima kasih untuk pengabdian dari guru kami, KH Said Aqil Siradj, Ketua Umum PBNU 2010-2021.

Semoga Allah Swt senantiasa meridai perjuangan kita untuk kejayaan Indonesia.

Wallahul muwaffiq Ila aqwamith thariq.

Hormat dan doa untuk seluruh pendiri NU serta keluarga besar NU.

Selamat Natal 2021 untuk seluruh saudara kami umat kristiani.

Artikel Gus Yahya, HMI, dan Caption Medsos Jokowi pertama kali tampil pada KAHMI Nasional.

]]>
6031