Surabaya, Jawa Timur (KAHMI) – Tim Disaster Victim Identification (DVI) Polda Jawa Timur saat ini tengah mengidentifikasi enam jenazah korban runtuhnya bangunan Pondok Pesantren Al Khoziny di Sidoarjo.
Kepala Bidang Kedokteran dan Kesehatan (Dokkes) Polda Jawa Timur, Komisaris Besar M. Khusnan, menjelaskan bahwa pihaknya masih melakukan pemeriksaan post-mortem terhadap enam jenazah tersebut di Rumah Sakit Bhayangkara, Surabaya.

“Kami telah melakukan proses identifikasi terhadap enam jenazah sejak Minggu pagi. Dari total 32 kantong jenazah, enam di antaranya sedang dalam proses, sementara pemeriksaan post-mortem terhadap sisanya sudah selesai,” ujar Khusnan pada Minggu.
Menurutnya, tim menerima total 37 kantong jenazah, termasuk lima korban yang sebelumnya telah dipastikan meninggal dunia. Dari jumlah tersebut, delapan korban telah berhasil diidentifikasi.
Ia menambahkan bahwa proses identifikasi dilakukan selama 24 jam, dengan dokter forensik dan tim DVI Polda Jatim bekerja secara bergantian.
“Tim kami bekerja tanpa henti untuk memastikan proses identifikasi selesai secepat mungkin. Hal ini juga menjadi harapan dari keluarga para korban,” katanya.
Tim juga telah mengambil sampel DNA dari seluruh jenazah dan bagian tubuh untuk dikirim ke Pusat Kedokteran dan Kesehatan (Pusdokkes) Polri di Jakarta menggunakan penerbangan pada sore hari.
“Seluruh sampel DNA sudah diambil dan dikirim ke Jakarta. Jika nanti ditemukan bagian tubuh lain dengan hasil DNA yang cocok, maka akan disatukan karena milik satu orang yang sama,” jelas Khusnan.
Hingga saat ini, Direktur Operasi Badan Nasional Pencarian dan Pertolongan (Basarnas), Yudhi Bramantyo, menyampaikan bahwa total korban yang telah ditemukan berjumlah 130 orang, terdiri dari 104 orang selamat dan 26 orang meninggal dunia.
Bangunan Pondok Pesantren Al Khoziny di Kabupaten Sidoarjo runtuh pada 29 September 2025, saat ratusan santri sedang melaksanakan salat di ruang salat lantai dasar.
Pada Kamis (2 Oktober), Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) memutuskan untuk menurunkan alat berat guna membantu proses evakuasi korban di lokasi kejadian.
Sebelum keputusan tersebut diambil, BNPB telah melakukan tiga kali penilaian lapangan sejak Rabu hingga Kamis untuk mendeteksi tanda-tanda kehidupan.
Berdasarkan hasil penilaian tersebut, Basarnas menyimpulkan bahwa tidak ada tanda-tanda kehidupan dari para korban yang masih tertimbun.