Kahminasional.com, Jakarta – Koordinator Presidium Majelis Nasional Korps Alumni Himpunan Mahasiswa Islam (MN KAHMI), Ahmad Riza Patria, bangga juga mengapresiasi pimpinan dan segenap civitas akademika Universitas Insan Cita Indonesia (UICI) atas kinerja, dedikasi, dan kolaborasinya sehingga UICI berusia satu tahun pada 15 Januari 2022.
Pernyataan tersebut disampaikannya dalam Sidang Senat Terbuka dalam rangka memperingati Dies Natalis I UICI bertema “UICI as A Gateway for Society 5.0 in Indonesia“ di Jakarta, Senin (17/1).
Ariza, sapaannya, pun menilai, UICI merupakan kado terindah untuk KAHMI bahkan bangsa Indonesia, terutama dunia pendidikan Tanah Air, saat pandemi. Alasannya, tidak mengurangi semangat berbuat baik di tengah keterbatasan dan tantangan kala pagebluk.
“Alih-alih melihat pandemi sebagai masalah, problem, dan hambatan, para pendiri UICI justru melihat pandemi sebagai peluang atau kesempatan untuk berbuat sesuatu, yaitu mendirikan UICI, yang hari ini kita rayakan hari jadinya yang kesatu,” ucapnya.
Dirinya lalu mengutip pernyataan tokoh revolusioner antiapartheid asal Afrika Selatan, Nelson Mandela, bahwa pendidikan adalah senjata paling ampuh untuk mengubah dunia.
“Artinya, dengan kita mendirikan kampus UICI ini, kita pada dasarnya sedang menyiapkan senjata paling ampuh untuk mengubah masa depan Indonesia bahkan dunia ke depan,” tuturnya.
Ibarat bayi, Ariza mengakui, UICI dipaksa keadaan untuk segera bisa berjalan hingga berlari di dunia pendidikan. Oleh karena itu, diperlukan keyakinan, kinerja, dan konsistensi para pendiri dan tim dalam membesarkan UICI.
Di sisi lain, Wakil Gubernur DKI Jakarta ini berkeyakinan UICI sebagai kampus rintisan (startup) digital pertama di Indonesia memiliki potensi besar untuk tumbuh sesuai perkembangan teknologi dan zaman.
“Dengan bertekad, semangat dalam membangun insan cita menjadi SDM yang unggul, berbudaya digital, berkarakter keindonesiaan dan bernapaskan keislaman, UICI siap membekali para mahasiswanya dengan kompetensi berorientasi pada industry 4.0. society 5.0 serta beradaptasi dengan dunia pendidikan dan dunia digital yang terus berkembang dinamis,” bebernya.
Ariza juga optimistis milad pertama UICI menjadi momentum dalam menjalankan perannya sebagai agent of education, agent of vision, agent of knowledge, dan agen inovasi untuk menciptakan startup company atau produk-produk bagi perekonomian masyarakat, termasuk yang digemari generasi milenial saat ini.
“Dengan dukungan keislaman-keindonesiaan, dengan modernisasi, dengan kerja keras seluruh civitas akademika, dengan ilmu pengetahuan, inovasi akan semakin besar, maju, dan melahirkan calon-calon pemimpin masa dengan bangsa, generasi muda milenial yang islami, berintegritas, berkualitas, SDM tinggi ahli dalam bidangnya, serta agen-agen perubahan yang mampu menjadikan Indonesia lebih baik dan sejahtera di masa yang akan datang,” urainya.
Saran Pengembangan UICI
Meskipun demikian, Ketua DPD Partai Gerindra Jakarta itu menyampaikan tiga masukan dalam pengembangan dan demi kemajuan UICI. Pertama, tim yang ada diperkuat soliditas dan kekompakannya mengingat kesuksesan sebuah lembaga pendidikan tidak hanya ditopang uang dan banyaknya fasilitas, tetapi pemimpin yang memiki visi, integritas, bekerja keras, dan menciptakan tim yang kompak untuk mencapai tujuan bersama.
“Penentu kesuksesan bukan kecerdasan semata, tapi lebih penting adalah kultur disiplin dalam tim, baik secara pikiran maupun tindakan,” tegasnya.
“Saat ini, kita memiliki orang-orang yang disiplin, kita tidak perlu hierarki. Saat kita memiliki orang-orang yang disiplin, kita tidak perlu birokrasi. Saat kita memiliki tindakan yang disiplin, kita tidak perlu kontrol yang blebihan. Itulah kultur disiplin, setidaknya menurut Jim Collins dalam bukunya Good to Great. Meskipun terlihat larut di luar, tapi sebenarnya kita sedang membuat fondasi yang kuat untuk kemajuan jangka panjang,” imbuhnya.
Kedua, terkait sistem regulasi dan strategi pengembangan UICI agar segera disusun, dikembangkan, dan ditetapkan sebagai acuan sebagai landasan pacu pengembagan ke depan. Menurutnya, sistem regulasi dan strategi pengembangan harus menjadi kompas utama bagi semua civitas akademika UICI.
“Dunia memang sedang berubah dan akan terus begitu. Kita juga harus adaptif dengan perubahan zaman, tapi janganlah sampai hanyut di dalamnya. Akan selalu ada prinsip-prinsip abadi dalam menjalankan sebuah roda organisasi atau kelembangaan, termasuk untuk kampus, dan itulah yang harus ditemukan dan dipraktikkan,” ujarnya.
Terakhir, terkait kolaborasi dengan berbagai stakeholder. Ariza menyatakan, UICI memiliki visi yang luar biasa dan tidak bisa bekerja sendirian dalam merealisasikannya.
“Kampus UICI harus terus membuka diri, melakukan kerja sama/kolaborasi dengan berbagai pihak sehingga dapat mewujudkan visi-misinya dengan lebih cepat dan dengan lebih baik. Lakukan sebanyak mungkin aktivitas kolaborasi dengan berbagai pihak. Selain bisa memperluas cakupan kegiatan UICI, juga dapat meningkatkan branding UICI di publik,” paparnya.
“Mari kita jadikan upaya kita untuk membesarkan dan mengembangkan kampus UICI ini sebagai wasilah atau medium untuk mencapai rida Allah Swt. Insyaallah, dengan begitu, apa pun yang kita kerjakan akan mendapatkan rahmat, keberkahan, dan tercatat sebagai amal jariah,” tandas Ariza.